Jakarta (ANTARA) -
Kualitas udara di Jakarta pada Kamis pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki posisi ke-6 sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
 
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06.07 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 156 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 62 mikrogram per meter kubik.
 
Konsentrasi tersebut setara 12,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan organisasi kesehatan dunia (WHO).
 
PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).
 
Kategori tidak sehat, yakni kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 100 lebih.

Baca juga: Tetap jaga kesehatan, kualitas udara Jakarta pagi ini masih tak sehat
 
Adapun kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

Kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.
 
Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
 
Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
 
Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Kinshasa, Kongo di angka 221; urutan kedua Baghdad , Irak di angka 205; urutan ketiga Hanoi, Vietnam di angka 203; urutan keempat Lahore, Pakistan di angka 179; urutan kelima Delhi, India di angka 158 dan urutan keenam Jakarta, Indonesia di angka 156.

Baca juga: Kualitas udara Jakarta tidak sehat dan terburuk nomor dua dunia
 
Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah meluncurkan platform pemantau kualitas udara terintegrasi hasil pantauan di 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di kota metropolitan tersebut.

Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.
 
Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategis.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024