Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat sebesar 14 poin menjadi Rp11.775 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.789 per dolar AS.
"Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kemarin (12/6) yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen menandakan inflasi ke depan masih dapat terjaga sehingga berdampak positif bagi mata uang rupiah yang diperdagangan," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa tingkat BI rate yang dipertahankan itu juga dinilai masih cukup kompetitif untuk memberikan imbal hasil investasi di dalam negeri.
Selain itu, ia menambahkan, proyeksi neraca perdagangan Indonesia akan kembali surplus di tengah meningkatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia, diharapkan ekspor Indonesia meningkat.
Dari eksternal, lanjut Rully Nova, bank sentral Jepang yang memutuskan untuk menahan pelonggaran stimulusnya membuat mata uang dolar AS tertekan terhadap yen Jepang, dampaknya mata uang di kawasan Asia termasuk rupiah ikut menguat.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa data penjualan ritel dan klaim pengangguran Amerika Serikat mengindikasikan terjadinya pelemahan dalam perekonomian, kondisi itu membuat dolar AS tergelincir terhadap mayoritas mata uang dunia.
Ia mengemukakan bahwa laporan departemen perdagangan AS memperlihatkan penjualan ritel tumbuh 0,3 persen pada bulan Mei, meleset dari prediksi kenaikan 0,6 persen.
Sedangkan data departemen tenaga kerja AS, lanjut dia, menunjukkan klaim awal pengangguran AS meningkat sekitar 4.000 menjadi 317.000. Kondisi itu meredam sikap optimis investor terhadap pertumbuhan AS di kuartal ke-2.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014