Kegiatan ini dinilai memiliki dampak destruktif yang dapat ditimbulkan karena akan banyak mempromosikan industri rokok

Jakarta (ANTARA) - Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) bersama Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) yang menaungi lebih dari 129 kampus kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia menentang kegiatan World Tobacco Asia (WTA) 2024 yang diselenggarakan di Surabaya pada 9-10 Oktober 2024.

Ketua Umum IYCTC, Manik Marganamahendra dalam keterangan resminya, di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa kegiatan tersebut menurut dia tidak sesuai dengan predikat Surabaya yang merupakan Kota Layak Anak Dunia pertama di Indonesia dengan akreditasi United Nations Children's Fund (UNICEF).

Selain itu, kegiatan ini dinilai memiliki dampak destruktif yang dapat ditimbulkan karena akan banyak mempromosikan industri rokok, terutama bagi generasi muda yang menjadi target pasar utama produk tembakau, termasuk rokok elektronik dan hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL)

“Mengizinkan WTA diadakan di Surabaya adalah ironi besar. Surabaya, yang sudah mendapat predikat sebagai Kota Layak Anak tingkat internasional dan nasional, tidak seharusnya menjadi tuan rumah bagi acara yang mempromosikan produk tembakau dan justru jelas berbahaya bagi anak-anak” katanya.

Kegiatan ini juga dinilai memiliki dampak prevalensi perokok elektronik muda. Data di Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penggunaan rokok elektronik di kalangan remaja Indonesia mencapai 2,8 persen.

Sedangkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 juga menunjukkan bahwa prevalensi perokok elektronik melonjak hingga 3 persen, naik sepuluh kali lipat sejak 2011.

Baca juga: PKJSUI: Naikkan harga rokok 2X lipat guna tekan konsumsi
Baca juga: Komnas PT: Cukai rokok perlu naik sampai efektif kendalikan konsumsi

“Tak hanya itu, WTA justru akan membuka peluang perluasan pasar yang bisa mengancam anak-anak terlebih dengan hadirnya rokok elektronik dalam World Vape Asia yang diselenggarakan bersamaan dan hal ini mengancam Kota Surabaya bisa gagal mencapai Kota Layak Anak Paripurna,” ujar dia.

Menurut dia, kegiatan tersebut juga bertentangan dengan regulasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 yang telah mengatur pelarangan promosi produk tembakau di ruang publik, Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2019 dan Peraturan Walikota Nomor 110 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yang dirancang untuk melindungi anak-anak dan remaja dari paparan rokok.

Sementara itu, Project Officer IYCTC, Daniel Beltsazar menjelaskan bahwa rokok memiliki dampak negatif dan menyebabkan setidaknya 846.123 kematian berlebih dan mengakibatkan hilangnya 416 juta Quality Adjusted Life Years (QALYs).

Selain itu, kerugian yang ditimbulkan juga mencapai Rp153 triliun per tahun dalam Produk Domestik Bruto (PDB), terutama akibat penurunan produktivitas di kalangan usia kerja.

“Secara keseluruhan, Indonesia kehilangan hingga Rp2.755 triliun karena dampak rokok, sebuah angka yang menghambat pencapaian visi Indonesia untuk membangun SDM Unggul dan menjadi kekuatan ekonomi global,” katanya.

Oleh sebab itu, pihaknya telah melayangkan surat kepada Gubernur Jawa Timur dan pemerintah daerah untuk segera membatalkan penyelenggaraan WTA 2024.

Menurut dia, Surabaya harus kembali berkomitmen menjalankan Kota Layak Anak, berfungsi sebagai garda terdepan dalam melawan promosi produk tembakau dan melindungi generasi muda dari risiko adiksi nikotin.

Baca juga: Bom waktu kesehatan: Rokok ancam 70 juta manusia Indonesia
Baca juga: Kemenkes apresiasi komitmen daerah kendalikan konsumsi rokok

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024