Termahal kedelapan

Sejak menyerah 0-2 kepada Irak pada 6 Juni 2024, Garuda tak terkalahkan dalam tiga laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2026.

Dalam lima pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 sebelumnya, Indonesia mengalahkan Vietnam dan Filipina pada babak kedua. Lalu, mengimbangi Arab Saudi di kandangnya, dan kemudian Australia, padahal dua tim ini adalah raksasa sepak bola Asia.

Dari lima laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia memasukkan enam gol dan kebobolan tiga gol. Sebaliknya, Bahrain memasukkan lima gol tapi kebobolan enam gol.

Itu menunjukkan lini pertahanan Bahrain lebih rapuh ketimbang barisan pertahanan tim asuhan Shin Tae-yong.

Kedua tim sudah menghadapi tiga tim raksasa dalam Grup C kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Tetapi catatan Indonesia lebih mengesankan dari pada Bahrain.

Jika Indonesia membuat kejutan dengan mengimbangi Arab Saudi 1-1 dan memaksa Australia mendapatkan hasil serupa, maka Bahrain terlihat labil.

Setelah menumbangkan Australia berkat gol bunuh diri Harry Souttar, Bahrain malah dibantai 0-5 oleh Jepang.

Dari dua pertandingan pertama kedua tim di Grup C itu, Garuda membuat total 13 peluang yang empat di antaranya tepat sasaran, sedangkan Bahrain hanya membuat enam peluang yang dua di antaranya tepat sasaran.
Pesepak bola Timnas Indonesia Sandy Walsh (ketiga kanan) dan Calvin Verdonk (kanan) berebut bola dengan pesepak bola Timnas Australia Cameron Burgess (kedua kanan) pada laga Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (10/9/2024). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/sgd/tom/am.
Baca juga: Klasemen Grup C: Indonesia belum terkalahkan

Walau bukan tim yang ofensif, Garuda lebih piawai dalam memainkan bola ketimbang Bahrain. Jika penguasaan bola Bahrain pada kisaran 23-28 persen, maka Indonesia bercatatan 34-36 persen.

Salah satu faktor yang membuat Indonesia lebih bisa mengontrol lapangan adalah materi pemain.

Diperkuat pemain-pemain naturalisasi yang terbiasa bermain dalam kompetisi level puncak termasuk di Belanda dan Italia, materi Garuda lebih unggul ketimbang Bahrain yang hampir seluruhnya produk lokal.

Pemain-pemain naturalisasi itu sama sekali bukan pemoles tim. Mereka semua justru berkualitas. Dan dalam sepak bola profesional, kualitas pemain nyaris selalu tegak lurus dengan harga.

Faktanya, tim-tim yang diperkuat pemain-pemain mahal seperti Korea Selatan dan Jepang, mendapatkan hasil bagus dari setiap laga.

Dan omong-omong soal harga, skuad asuhan Shin Tae-yong ternyata menempati urutan kedelapan paling mahal di Asia.

Baca juga: Shin Tae-Yong panggil 27 nama untuk hadapi Bahrain dan China

Selanjutnya: Sulit ditembus

Copyright © ANTARA 2024