Pemerintah Thailand telah mengirim 7.507 tenaga kerja ilegal Kamboja kembali ke Kamboja

Phnom Penh (ANTARA News) - Pemerintah Thailand telah mengirim 7.507 tenaga kerja ilegal Kamboja kembali ke negaranya sejak awal bulan ini, kata seorang juru bicara Kamboja, Rabu.

"Dalam waktu sembilan hari dari 1-9 Juni, pemerintah Thailand telah mengirim 7.507 tenaga kerja ilegal Kamboja kembali ke Kamboja," kata Koy Kuong, juru bicara Departemen Luar Negeri, dalam satu pernyataan.

Repatriasi itu sebagian besar disebabkan oleh kudeta militer Thailand pada Mei, yang membuat perusahaan-perusahaan berhenti mempekerjakan karyawan migran ilegal, kata juru bicara itu.

Dia menampik kabar yang melaporkan bahwa pihak militer Thailand telah menembak para pekerja Kamboja.

"Kedutaan Kamboja di Bangkok telah menyelidiki dan menemukan bahwa tidak ada informasi seperti itu," katanya, seperti dilaporkan Xinhua.

Sebelumnya, AFP melaporkan, Junta Thailand, Rabu, mengancam akan menangkap dan memulangkan semua pekerja asing ilegal, saat petugas perbatasan melaporkan adanya eksodus pendatang dari Kamboja setelah pengambilalihan kekuasaan oleh militer bulan lalu.

Para buruh dari negara tetangga Kamboja, Laos dan Myanmar memainkan peran kunci dalam industri Thailand seperti makanan laut, pertanian dan konstruksi, namun mereka seringkali tidak memiliki izin kerja yang sesuai.

Mulai kini, buruh pendatang tidak sah yang ditemukan di Thailand "akan ditangkap dan dipulangkan", kata juru bicara angkatan bersenjata Thailand Sirichan Ngathong.

"Kami melihat buruh ilegal sebagai ancaman karena mereka ada banyak dan tidak ada langkah jelas untuk mengatasinya, yang bisa mengarah pada masalah sosial," katanya.

Sejak kudeta pada 22 Mei, setidaknya ada 10.000 buruh asal Kamboja telah menyeberang kembali, berdasarkan Neth Serey, pejabat resmi di konsulat Kamboja di provinsi Sa Kaeo di perbatasan Thailand.

Aktivis mengatakan para pendatang itu diangkut dengan menggunakan truk dan diturunkan di perbatasan.

"Mereka ketakutan. Beberapa orang menangis," kata koordinator kelompok hak asasi manusia Kamboja ADHOC, Soum Chankea, yang bertemu dengan beberapa buruh.

Banyak dari para pendatang, termasuk wanita dan anak-anak, terdampar di perbatasan tanpa uang untuk bisa pulang, kata Organisasi Migrasi Internasional (IOM).

Biasanya ada 100 pendatang yang datang lewat pos pemeriksaan perbatasan utama di Aranyaprathet-Poipet setiap harinya, kata kepala IOM di Kamboja, Leul Mekonnen.

"Tapi kami sudah melihat lebih dari 1.000 pendatang sehari dan kami tidak tahu bagaimana hari-hari mendatang," katanya.

(Uu.H-AK)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014