Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme memperkuat peran guru di Nusa Tenggara Barat dalam menangkal radikalisme, kekerasan, dan perundungan melalui program pelatihan Sekolah Damai bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB dan Duta Damai.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris menyoroti pentingnya peran guru dalam memperkuat narasi damai di kalangan siswa dan tenaga pendidik yang merupakan ujung tombak dalam menangkal penyebaran paham intoleran dan kekerasan di lingkungan pendidikan.

"Salah satu tantangan besar yang kita hadapi adalah penyebaran narasi ekstremisme melalui media sosial. Banyak anak-anak kita yang terpapar paham radikal melalui konten dan informasi yang tidak terkontrol," ujar Irfan saat membuka Program Sekolah Damai SMAN 5 Mataram, NTB, Rabu, seperti dikonfirmasi di Jakarta.

Dalam melawan radikalisme, ia menekankan terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan para guru. Pertama, adanya arus bawah tanah yang cukup deras dalam menolak NKRI.

Hal tersebut mengkhawatirkan karena berbagai kelompok tertentu secara aktif menanamkan narasi anti-NKRI di kalangan masyarakat.

Baca juga: BNPT: Sekolah Damai upaya ciptakan pendidikan bersih dari intoleransi

Kedua, pendanaan untuk terorisme yang masih terjadi. Kemudian ketiga, kelompok rentan yang menjadi target utama penyebaran paham radikal.

"Oleh karena itu, memperkuat narasi damai di sekolah dan kalangan siswa merupakan langkah strategis dalam membentengi masyarakat dari paparan radikalisme," tuturnya.

Irfan berpendapat lingkungan pendidikan merupakan salah satu akar masalah sering terjadinya paparan radikalisme sehingga sangat penting bagi para guru dan siswa untuk memahami hakikat dan akar masalah radikalisme dan terorisme.

Untuk itu, ia berharap para peserta pelatihan, khususnya para guru, mampu menyampaikan ilmu yang telah didapatkan kepada seluruh siswa di sekolah, baik melalui mata pelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler.

Baca juga: BNPT cegah paham radikal dengan program sekolah damai

"Jangan sampai kita mudah mengalamatkan tindakan ekstremis pada satu suku atau agama saja. Terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang harus dihadapi dengan berbagai cara yang luar biasa pula," kata Irfan menegaskan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB Aidy Furqan mengatakan terdapat tiga terminologi utama yang menjadi fokus dan catatan bagi para guru dalam pelatihan, yakni intoleransi, perundungan, dan kekerasan.

"Kita butuh toleransi karena bangsa kita sangat majemuk sehingga tugas sebagai pendidik mengajarkan anak-anak untuk menerima perbedaan, baik perbedaan agama maupun suku. Kesadaran untuk menghargai keberagaman harus ditanamkan sejak dini," tutur Aidy dalam kesempatan yang sama.

Ia berharap agenda pelatihan yang telah dilaksanakan dapat memberikan ilmu penguatan yang nantinya bisa ditularkan kepada siswa melalui integrasi ke dalam mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.

Baca juga: BNPT latih guru jadi agen perdamaian lewat program "Sekolah Damai"
Baca juga: BNPT: Guru harus ingatkan siswa waspadai ancaman terorisme di medsos

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024