Jakarta (ANTARA) - Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara (STIPAN) Soni Sumarsono mengatakan bahwa pembentukan STIPAN tak lepas dari keinginan Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri untuk memajukan sumber daya manusia (SDM) di wilayah Indonesia timur.

Hal itu disampaikan Soni dalam kuliah umum yang bertajuk Wawasan Kebangsaan di Kampus STIPAN, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu.

Baca juga: Menparekraf optimistis SDM Indonesia Timur mampu bangkitkan ekraf

Awalnya, mantan Direktur Jenderal Otonomi Daerah (Dirjen Otda) Kementerian Dalam Negeri itu mengungkapkan Papua menjadi daerah dengan persoalan SDM karena anak-anak dari pulau di timur Indonesia itu sulit bersekolah sampai jenjang tertinggi.

Namun, katanya, anak-anak dari Bumi Cenderawasih mempunyai keinginan mengenyam pendidikan sampai jenjang universitas.

Soni bahkan mengungkapkan keinginan anak-anak Papua mendaftar masuk Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), namun tidak bisa tertampung. Beberapa anak=anak Papua gagal masuk karena alasan alokasi.

"Saya jelaskan rahasianya. Papua itu problem utama SDM. Banyak kunci penyelesaian itu SDM. SDM itu memang di bawah, tetapi mereka (anak-anak dari Papua) punya keinginan sekolah yang baik. Namun, ketika masuk IPDN, saya juga dosen IPDN, alokasi terbatas, sehingga hanya diterima sepuluh persen dari seluruh peminat anak-anak Papua," kata Soni dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Dia menyampaikan Megawati pada 2003 juga punya keresahan melihat anak-anak di Papua sulit mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.

"Seorang ibu yang namanya Ibu Megawati Soekarnoputri, pada 2003 itu merasa iba, di mana ini anak Papua terlantar pendidikannya. Sampai kapan Papua bisa sederajat dengan daerah lainnya?” tanya dia.

Sejumlah akademisi dan birokrat kemudian mendatangi Megawati, lalu dibentuklah STIPAN agar anak-anak di Papua bisa bersekolah sampai perguruan tinggi.

"Sama Ibu (Megawati) didorong, tampung semua anak Papua untuk bersekolah, lalu berdirilah STIPAN ini," ujarnya.

Adapun kehadiran Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menjadi ajang silaturahmi karena Megawati menjadi inisiator dan pembina pembentukan kampus berdiri pada 2003 itu.

Baca juga: Kemenaker tingkatkan kompetensi SDM di Indonesia Timur

Soni berharap kehadiran Hasto bisa menjaga semangat pembentukan STIPAN, yaitu demi menguatkan SDM di Papua.

"Kehadiran Pak Sekjen ini adalah menyambung silaturahmi antara inisiator awal, pendorong awal, pembina awal Ibu Megawati, sekarang hadir Pak Hasto, supaya nyambung semangat ini. Kenapa Papua? Itulah sejarahnya. Karena itu kami dekat dengan anak Papua. Bukan mengecilkan suku lainnya," jelas Soni.

Selain itu, dirinya juga membahas visi STIPAN untuk menjadi perguruan tinggi unggul yang berwawasan kebangsaan.

Menurut dia, Megawati menjadi sosok yang menyarankan STIPAN bisa menaruh soal berwawasan kebangsaan dalam visi kampus.

"Visi ini penting untuk menjadi perguruan tinggi yang unggul di bidang terapan ilmu pemerintahan dan terapan ilmu politik yang ini, nah, ini atas saran dan nasihat Bu Megawati, ada yang-nya, ada sampai sekarang masuk dalam visi, yang berwawasan kebangsaan kami menjadi unggul. Oleh karena itulah, tema hari ini temanya wawasan kebangsaan dalam rangka menjabarkan visi dan misi STIPAN," pungkasnya.

Baca juga: Kemenperin target cetak 1.000 peneliti Gen Z dari Indonesia timur
Baca juga: Menparekraf optimistis SDM Indonesia Timur mampu bangkitkan ekraf

 

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024