Beijing (ANTARA) - Pemerintah Tiongkok berharap negara besar dapat memainkan peran yang objektif dalam upaya mengatasi konflik di Gaza yang telah berlangsung selama setahun, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning.

"Negara besar perlu memainkan perannya sebagaimana mestinya, bersikap objektif dan adil, memimpin dalam mematuhi hukum internasional, dan melakukan upaya positif untuk mengakhiri pertempuran sesegera mungkin, mengendalikan situasi serta mencegah meluasnya krisis," katanya dalam konferensi pers di Beijing, Rabu.

Pada 7 Oktober 2024, genap satu tahun perang di Gaza yaitu saat Israel melancarkan serangan yang hingga saat ini telah menewaskan sedikitnya 41.909 orang, melukai 97.303 orang, dan menyebabkan lebih dari 10.000 lainnya dilaporkan hilang di bawah reruntuhan berdasarkan data Kementerian Kesehatan.

Menurut Mao Ning, konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama lebih dari setahun, menyebabkan kematian lebih dari 40.000 orang di Gaza, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

"Komunitas internasional telah sepakat tentang perlunya meredakan ketegangan, mengakhiri pertempuran dan kekerasan, melindungi warga sipil dan menghindari bencana kemanusiaan," katanya menambahkan.

Untuk mengakhiri konflik tersebut, Mao Ning menyebut, dibutuhkan kemauan politik dan upaya diplomatik, bukan senjata, amunisi, dan sanksi sepihak.

"China sangat prihatin atas kekacauan di Timur Tengah. Kami menentang tindakan yang memicu permusuhan dan memperluas konflik, dan menyerukan kepada semua pihak untuk menangani situasi saat ini dengan sikap tenang, rasional, dan bertanggung jawab demi kepentingan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut," ungkap Mao Ning.

Komunitas internasional, terutama negara-negara besar yang berpengaruh, ungkap Mao Ning, perlu memainkan peran yang konstruktif dan menghindari kekacauan lebih lanjut.

Badan Pertahanan Sipil Palestina menyebut militer Israel mengancam penggusuran terhadap lebih dari 200.000 penduduk di wilayah dan lingkungan Gaza Utara dan melakukan pembantaian untuk memaksa warga sipil melarikan diri.

Tentara Israel pada Minggu (6/10) mengumumkan dimulainya operasi militer di Jabalia yang diklaim untuk mencegah Hamas mendapatkan kembali kekuatan di wilayah tersebut, menyusul serangan sengit selama berjam-jam di wilayah timur dan barat Gaza utara dalam pertempuran paling sengit sejak Mei.

Kemudian pada Selasa (8/10), tentara Israel memperingatkan warga Palestina untuk mengungsi dari rumah dan kamp mereka di kota Jabalia dan menuju ke selatan melalui “koridor yang aman.”

Sementara Kementerian Dalam Negeri Gaza memperingatkan warga untuk tidak mematuhinya karena hal tersebut adalah penipuan dan kebohongan.

Dari Gaza, militer Israel juga meluaskan serangan ke wilayah Lebanon sejak 23 September 2024 dengan menargetkan kelompok Hizbullah. Serangan Israel itu telah menewaskan 1.251 orang, melukai 3.618 orang lainnya, dan juga menyebabkan lebih dari 1,2 juta orang mengungsi.

Meski ada peringatan internasional bahwa kawasan Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan tanpa henti Israel ke Gaza dan Lebanon, Tel Aviv memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober 2024.

Baca juga: PBB: 400 ribu orang terjebak di Gaza utara di tengah serbuan Israel
Baca juga: Israel perintahkan 3 RS Gaza utara dievakuasi, termasuk RS Indonesia

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024