Tidak baik mensosialisasikan air yang dimasak, karena tidak sehat. Oksigennya hilang ketika dimasak.
Bekasi, Jawa Barat (ANTARA News) - Pakar teknologi membran dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr I Gede Wenten, mengatakan air minum yang dimasak kurang bagus karena oksigen di air tersebut hilang.
"Tidak baik mensosialisasikan air yang dimasak, karena tidak sehat. Oksigennya hilang ketika dimasak," ujar Wenten disela-sela peresmian produksi massal mesin penjernih air yang menggunakan teknologi membran atau Integrated Home Drinking Water Purifier Technology-Antibacterial Nano Particle Hollow-Fiber Membrane, di PT Yasunli Abadi Utama Plastik di Kawasan Industri MM2100 Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Kamis.
Pengolahan air yang baik, sambung dia, seharusnya hanya menghilangkan bakteri yang terkandung dalam air tersebut.
"Lebih baik menggunakan teknologi membran sebagai penjernih air," imbuh dia.
Selain itu, tambah Wenten, air yang dimasak secara ekonomi berbiaya tinggi karena harga gas yang mahal. Jika menggunakan gas, satu liter air Rp800, maka menggunakan teknologi membran hanya Rp100.
Berdasarkan peraturan dari Badan Kesehatan PBB atau WHO, menyebutkan bahwa alat komersial air tidak boleh mengurangi kandungan magnesium dan kalsium dalam air. Namun sayangnya, saat ini banyak penjernih air yang menghilangkan kandungan tersebut.
Penjernih air tersebut menggunakan teknologi terintegrasi Antibacterial Nano Particle Hollow-Fiber Membrane.
Ia menjelaskan teknologi pada penjernih air tersebut memiliki keunggulan karena mengintegrasikan lima teknologi, sehingga air minum yang dihasilkan dipastikan sehat dan layak konsumsi.
Air yang disaring melalui penjernih air tersebut, bebas dari bakteri-bakteri karena ukuran membran lebih kecil dari bakteri. (*)
Pewarta: Indriani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014