Cirebon (ANTARA) -
Di dunia maya, terdapat ruang virtual yang menjadi tempat berkeluh kesah bagi ribuan jiwa yang mungkin telah kehilangan arah hidupnya.
 
Mereka bukan sekadar pengguna internet biasa, melainkan orang-orang yang sudah terjerembab begitu dalam pada lingkaran kecanduan akibat bermain judi daring.
 
Sebuah grup Facebook, yang awalnya hanya ruang curhat korban penipuan lowongan kerja, kini telah menjadi pelabuhan terakhir bagi mereka yang terjebak dalam gim ilegal itu.
 
Grup ini, yang diberi nama “Rehabilitasi Korban Kecanduan Judi Online,” telah menjadi tempat bagi lebih dari 25 ribu orang yang berkumpul, tidak hanya untuk berbagi cerita, tetapi saling menguatkan di tengah badai hidup yang tak berkesudahan.
 
Grup ini didirikan oleh Anwar, pria berusia 29 tahun asal Cirebon, Jawa Barat, yang awalnya tak pernah membayangkan kalau langkah kecilnya akan membawa perubahan cukup besar.
 
Anwar ingat betul, pada 2014, ia memutuskan untuk membuat sebuah grup di media sosial. Waktu itu, tujuannya sederhana, membantu para pencari kerja agar tidak tertipu oleh lowongan kerja palsu yang bertebaran di internet.
 
“Saya pernah tertipu juga, waktu itu saya merasa sangat kesal. Namun saya pikir, pasti ada banyak orang yang mengalami hal yang sama, makanya saya bikin grup ini,” ujarnya kepada ANTARA, pekan ini.
 
Ia mengingat masa-masa awal grup tersebut berjalan. Orang-orang berdatangan, berbagi pengalaman, dan saling memperingatkan satu sama lain tentang lowongan kerja abal-abal yang sangat merugikan.
 
Grup tersebut berkembang pesat. Dalam waktu singkat, anggotanya mencapai 11 ribu akun. Semua orang yang bergabung memiliki satu kesamaan, mereka pernah atau hampir terbuai oleh janji manis lowongan kerja palsu.
 
Perkumpulan ini menjadi semacam ruang aman, tempat di mana orang bisa mencari tahu dan menghindari jebakan penipuan.
 
Namun, seiring berjalannya waktu, aktivitas grup mulai menurun. Anwar merasakan grup itu mulai kehilangan arah. Hingga akhirnya, pada 2024, sesuatu yang baru dan jauh lebih mengkhawatirkan muncul, yakni fenomena perjudian daring.
 
Ia tak bisa menutupi kegelisahannya melihat bagaimana judi daring menyusup ke dalam ruang-ruang digital masyarakat.
 
Setiap hari, Anwar melihat iklan judi daring bertebaran. Mulai dari pesan singkat yang masuk ke ponsel tanpa henti hingga advertensi di media sosial yang sangat mengkhawatirkan.
 
Bahkan, ia menemukan konten yang menggunakan wajah artis terkenal, diedit menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk mempromosikan situs judi.
 
“Bayangkan, kita buka sosial media untuk hiburan, tapi yang kita lihat malah iklan judi. Ini sudah terlalu jauh,” ungkapnya.

 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024