Jakarta (ANTARA) - Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) RI TNI AL Laksamana Madya TNI Denih Hendrata menyebut pelayaran KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991 ke empat negara kawasan Pasifik Selatan bertujuan untuk menguji kemampuan kapal buatan galangan dalam negeri PT PAL Indonesia.

Dalam acara pelepasan misi muhibah dan diplomasi Satgas Port Visit Pasifik KRI WSH-991 di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Rabu, Pangkoarmada RI menyebut untuk pertama kalinya kapal bantu rumah sakit buatan dalam negeri itu bakal menempuh pelayaran panjang selama 48 hari ke empat negara di Pasifik Selatan, yaitu Solomon, Fiji, Vanuatu, dan Papua Nugini.

“Kami mencoba menguji kemampuan dari kapal bantu rumah sakit ini (berlayar) ke beberapa negara sekaligus juga menguji kemampuan tenaga medis sehingga ini salah satu kebanggaan kita bersama untuk KRI Wahidin yang kami tunjuk untuk melaksanakan tugas ke empat negara di wilayah Pasifik Selatan ini,” kata Pangkoarmada RI saat melepas keberangkatan pelayaran Satgas Port Visit Pasifik di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Rabu.

Dalam upacara melepas KRI WSH-991 di Jakarta, Pangkoarmada RI turut didampingi oleh Pangkoarmada III Laksamana Muda TNI Hersan, Pangkolinlamil Laksda TNI Hudiarto Krisno Utomo, dan Komandan Korps Marinir TNI AL Mayjen TNI (Mar) Endi Supardi.

Satgas Port Visit Pasifik, yang dipimpin oleh Kolonel Laut (P) Arif Prasetyo Irbianto, memulai pelayarannya untuk muhibah dan diplomasinya ke empat negara Pasifik dari Jakarta, Rabu. Rute pelayaran kapal bantu rumah sakit Koarmada III itu diawali dari Jakarta menuju Sorong, kemudian ke Solomon, Fiji, Vanuatu, Papua Nugini, dan kembali ke markas di Sorong, Papua Barat Daya.

Denih menjelaskan TNI AL sebelumnya pernah melaksanakan misi pelayaran ke kawasan Pasifik, tepatnya ke Papua Nugini. Namun, untuk pelayaran ke empat negara di kawasan Pasifik dalam satu rangkaian yang sama baru dilakukan kali ini oleh KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991.

“Angkatan Laut sudah sejak lama melaksanakan kegiatan muhibah, termasuk untuk kawasan Pasifik Selatan, kami pernah ke Papua Nugini, tetapi sebelumnya itu kita belum punya kapal sebesar ini,” kata Denih.

Dalam misi muhibah dan diplomasi ke empat negara, KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991 mengangkut total 177 personel, yang terdiri atas 141 pengawak kapal, dan 36 staf satgas yang terdiri atas tim penyelam, pasukan pengamanan, dokter spesialis dan dokter umum, pelajar dari Papua, serta perwira penerangan dari Dinas Penerangan TNI AL.

Dalam kapal bantu rumah sakit itu, TNI AL juga mengangkut paket bantuan obat-obatan yang akan disalurkan ke masing-masing negara. Obat-obatan yang disuplai oleh Kementerian Kesehatan RI itu di antaranya obat untuk darah tinggi, asam lambung, gejala rematik, obat antiradang, gangguan mata, antibiotik, alergi, gangguan pencernaan, asam urat, kolestrol, infeksi kulit, asma, serta aneka vitamin dan suplemen.

Bantuan obat-obatan yang disalurkan Indonesia ke empat negara di Pasifik Selatan itu, menurut Denih, merupakan wujud itikad baik.

“Kita datang ke sebuah negara apa yang bisa kita berikan? Kali ini kita memberikan sesuatu yang memiliki nilai manfaat bagi kemanusiaan,” kata Pangkoarmada RI.

KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991 merupakan salah satu kapal bantu rumah sakit buatan galangan kapal dalam negeri PT PAL Indonesia. Kapal itu dibangun sejak 2019 dan rampung pada awal 2021.

KRI WSH-991 memiliki spesifikasi sebagai berikut, yaitu panjang 124 meter, lebar 21,8 meter, dan displacement 7.290 ton. Kapal itu mampu berlayar selama 30 hari dengan jangkauan 10.000 mil laut. KRI WSH-991 juga dapat memberikan pelayanan seperti RS tipe C, serta mampu menampung 150 lebih pasien.

Beberapa layanan kesehatan yang mampu disediakan oleh KRI WSH-991 mencakup pemeriksaan dan perawatan kesehatan umum, mata dan gigi, ruang operasi, unit gawat darurat, rawat inap, dan radiologi.
Baca juga: TNI AL lepas misi muhibah KRI WSH-991 ke empat negara Pasifik
Baca juga: KRI Wahidin Sudirohusodo siagakan 11 dokter spesialis saat KTT ASEAN
Baca juga: PT PAL: Perbaikan 41 kapal TNI AL jadi sejarah baru bagi Indonesia

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024