Singapura (ANTARA) - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Rabu (8/10) menyatakan bahwa Korsel bertujuan untuk membina kerja sama yang "berbasis aturan" dengan China dan menyelesaikan kesalahpahaman melalui dialog yang "cepat dan jujur."

Ia juga menekankan pentingnya menjaga komunikasi erat dengan Beijing mengingat meningkatnya persaingan antara sekutu utama Korsel, Amerika Serikat (AS), dan China.

"Amerika Serikat adalah satu-satunya sekutu kami yang secara signifikan membantu mempertahankan kebebasan kami," kata Yoon dalam ceramah di Singapura yang diselenggarakan oleh Institut Studi Asia Tenggara. "Fondasi diplomasi dan kebijakan luar negeri Korea Selatan terletak pada aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat."

Meskipun China pernah berperang di pihak Korea Utara selama Perang Korea 1950-1953, Yoon menyatakan kesiapan Korea Selatan untuk maju, dengan menekankan perlunya mengembangkan hubungan dengan China dan mencari kepentingan bersama berdasarkan "tatanan internasional berbasis aturan."

"Alih-alih terjebak di masa lalu, kita harus fokus pada masa depan. Tidak diragukan lagi bahwa China adalah negara yang sangat penting bagi Korea Selatan di semua bidang, termasuk keamanan, ekonomi, dan investasi," ujar Yoon.

 "Kami berupaya membentuk hubungan kami dengan China melalui keterlibatan konstruktif yang mendorong tatanan global yang rasional dan berbasis aturan," tambahnya.

Yoon berjanji untuk memperluas keterlibatan dengan Beijing setelah saluran dialog bilateral kembali dibuka menyusul KTT trilateral antara Korsel, China, dan Jepang di Seoul pada Mei, yang diadakan untuk pertama kalinya dalam kurun 4,5 tahun. 

"Dalam hubungan kami dengan China, saluran komunikasi di berbagai tingkat sedang dipulihkan, dan saya bermaksud untuk sepenuhnya memulihkan serta memperluas saluran-saluran ini agar masalah dapat diselesaikan secara konstruktif," kata Yoon.

Terkait persaingan antara AS dan China, Yoon menyatakan bahwa ketika kepentingan nasional Korsel terancam, Seoul akan menyampaikan posisinya dengan jujur kepada kedua belah pihak agar masalah dapat diselesaikan secara masuk akal.

Yoon berada di Singapura sebelum perjalanannya ke Laos untuk berpartisipasi dalam KTT yang diselenggarakan oleh Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), dengan fokus pada penanganan tantangan yang ditimbulkan oleh Korea Utara.

Seoul telah mendesak Beijing untuk memainkan peran "konstruktif" dalam menangani ancaman nuklir Korea Utara, terutama di tengah meningkatnya provokasi dari Pyongyang menjelang pemilihan presiden AS.

Pada Kamis (10/10), Yoon akan bergabung dalam KTT ASEAN Plus Three, yang akan dihadiri oleh Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, Perdana Menteri China Li Qiang, serta para pemimpin ASEAN.

Yoon belum mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden China Xi Jinping sejak menjabat pada Mei 2022.

Sumber : Yonhap-OANA

Baca juga: Korsel, Singapura tandatangani perjanjian kemitraan rantai pasokan
Baca juga: Korsel, China, dan Jepang bahas perjanjian pengurangan plastik
Baca juga: Ban Ki-moon: Korsel perlu "membujuk" China tentang unifikasi dua Korea


Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024