Jakarta (ANTARA News) - Bank Mandiri mampu menjadikan BTN sebagai "the most powerful mortgage bank" di Indonesia, sehingga berbagai kelemahan BTN saat ini seperti keterbatasan modal, likuiditas, jaringan cabang, dan suku bunga yang tinggi, bisa diatasi melalui sinergi antara kedua bank tersebut.
Pengamat perbankan Edwin Sinaga di Jakarta, Rabu, mengatakan rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri justru akan mengatasi persoalan keterbatasan modal yang dialami bank tersebut untuk membiayai kepemilikan rumah.
Menurut dia, Bank Mandiri dipastikan selalu siap menginjeksi modal, bila Bank BTN membutuhkan tambahan permodalan melalui suntikan modal langsung dan inbreng aset.
"Dengan akuisisi, BTN justru bisa lebih diperkuat permodalannya secara langsung melalui Bank Mandiri setiap kali dibutuhkan. Ini beda dengan jika dibiarkan seperti saat ini, yang tergantung dana APBN," kata Edwin.
Menurut Edwin, penguatan BTN memang bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Namun, yang harus dicari oleh pemerintah adalah cara yang bisa menimbulkan efek positif yang paling besar dan memberikan hasil paling optimal.
Edwin juga melihat kelemahan struktural BTN, seperti keterbatasan likuiditas, jaringan cabang, dan tingginya suku bunga kredit bank tersebut bisa diatasi melalui sinergi dengan Bank Mandiri.
Salah satu bentuk sinergi itu misalkan cabang-cabang Bank Mandiri yang luas di dalamnya bisa ada counter atau cabang khusus BTN.
Dampak lainnya menurut Edwin adalah bunga KPR Bank BTN bisa menjadi lebih rendah.
Sementara itu, Pengamat Perbankan Reagy Sukmana menilai BTN sulit berkembang dengan komposisi kepemilikan saham seperti saat ini, mengingat BTN hanya memiliki modal Rp11 triliun, loan to deposit ratio/LDR-nya mencapai 104 persen, jauh di atas ketentuan BI sebesar 92 persen.
Selain itu porsi dana mahal yang mendominasi total dana pihak ketiga (DPK), dan nilai kredit macet yang terus naik hingga mencapai Rp3,15 triliun.
"Dengan kondisi kesehatan seperti ini, BTN sulit menurunkan suku bunganya," kata Reagy.
Pewarta: Budi Suyanto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014