Jakarta (ANTARA) - Museum Sumpah Pemuda mengajak para siswa tingkat SMA/sederajat untuk mengasah kemampuan bicara, bernalar kritis, dan berargumentasi lewat kompetisi debat dalam rangka menyambut Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober mendatang.
“Saat ini kita melangsungkan kompetisi debat pemuda dengan harapan untuk melahirkan atau membentuk karakter pemuda-pemuda saat ini atau generasi Z, agar menjadi pemuda yang inovatif, kritis terhadap situasi lingkungan saat ini, dan sebagai suatu inisiasi penting menjelang Hari Sumpah Pemuda,” ujar Kepala Bagian Umum Indonesian Heritage Agency Brahmantara di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, kompetisi debat dengan tema “Bersuara untuk Indonesia” yang diumumkan pemenangnya pada hari ini merupakan wujud aktualisasi museum sebagai ruang publik yang tidak hanya terbatas pada memahami sebuah koleksi, tetapi juga bagaimana sejarah atau nilai-nilai tak benda dapat digali oleh anak-anak muda.
“Materi debatnya terkait dengan beberapa isu aktual yang saat ini terjadi, yakni hal-hal yang terkait dengan kebangsaan, bagaimana kepedulian terhadap patriotisme, untuk meningkatkan kepedulian generasi saat ini terhadap perjuangan atau usaha para pejuang di masa lampau,” katanya.
Baca juga: Museum Sumpah Pemuda persembahkan film dokumenter "YAMIN"
Ia menyoroti sebagian generasi muda yang mengalami degradasi kepedulian dengan lingkungan sekitar, sehingga melalui debat tersebut, dapat diangkat satu isu penting agar hal-hal semacam itu tidak terjadi kembali.
“Jadi melalui ajang debat ini, ada substansi utama bagaimana kemudian teman-teman itu menangkap isu-isu saat ini, kemudian melahirkan satu kritik yang membangun, untuk selanjutnya mendesain sebuah solusi sehingga dari debat itu juga menyampaikan fakta-fakta yang aktual. Selain itu, juga bagaimana agar gen Z mampu menangkap atau mempunyai sensitivitas terhadap lingkungan sekitarnya,” ujarnya.
Kompetisi debat pemuda tersebut berlangsung selama dua hari pada 7-8 Oktober 2024 yang diikuti oleh 167 tim dari 123 SMA/sederajat di wilayah Jabodetabek.
Dalam kompetisi tersebut, juara pertama diraih oleh SMA Atisa Dipamkara Kabupaten Tangerang, juara kedua oleh MAN 4 Jakarta, juara ketiga oleh SMAN 6 Jakarta, dan juara harapan 1 oleh SMA Mardi Yuana Bogor.
Baca juga: Digitalisasi museum permudah masyarakat untuk berkunjung secara daring
Salah satu peserta yang meraih penghargaan sebagai Pembicara Terbaik sekaligus juara kedua dari MAN 4 Jakarta, Alif Athallah Putra (17) menyampaikan pentingnya generasi muda mengenal jati diri bangsanya melalui museum.
“Generasi muda perlu mengenal asal-usul jati diri, di tengah modernisasi dan budaya luar yang masuk, juga pengaruh media sosial, banyak anak-anak muda yang lupa akan sejarah dan jati diri bangsanya sendiri, jadi museum itu salah satu peranan penting untuk mengenal sejarah langsung di tempatnya,” tuturnya.
Dalam debat tersebut, ia menyebutkan ada beberapa mosi yang disampaikan, di antaranya terkait repatriasi benda-benda museum yang baru kembali dari Belanda, kenaikan harga tiket museum, hingga isu tentang kampung adat.
Baca juga: Edukator museum harapkan anak muda di Indonesia tetap kunjungi museum
“Museum penting untuk melestarikan budaya daerah, karena museum merupakan benteng terakhir dari sejarah Indonesia yang menjadi saksi bisu dari sejarah, Museum Sumpah Pemuda ini misalnya, yang menjadi saksi bisu Kongres Pemuda kedua sehingga penting bagi generasi muda untuk lebih mendalami dan mengenalinya,” ujar dia.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024