Banjarbaru (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau jurnalis dan media massa agar tidak serta merta mempublikasikan pemberitaan terkait informasi perubahan iklim yang bersifat sensitif kepada khalayak umum.

“Misalnya ada informasi tentang musim panas berkepanjangan atau suatu daerah badai besar. Tidak boleh asal sebar dan jangan hanya fokus beritakan tentang bencana,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Pusat Urip Haryokodi Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa.

Urip pada kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tematik Diseminasi Informasi bekerja sama dengan Diskominfo Kalsel menjelaskan selain menyebabkan kekhawatiran berlebihan, juga mempengaruhi berbagai sektor yang dapat merugikan kegiatan usaha masyarakat.

“Jika suatu informasi cuaca dan iklim kurang pertanggungjawaban, konfirmasi ke BMKG agar pemberitaan kita luruskan dan tidak menyesatkan masyarakat,” ujarnya.

Dia menekankan informasi cuaca harus disampaikan dengan benar dan tidak menyebabkan kekhawatiran terhadap masyarakat. Bahkan sekalipun hasil penelitian, namun bersifat sensitif, tidak boleh serta merta diungkap di media sosial, karena akan meresahkan masyarakat.

Baca juga: BMKG paparkan RI patut waspada dampak gempa Megathrust Nankai Jepang

Baca juga: BMKG: Pusat gempa magnitudo 3,5 berada di Kota Bogor 


Terlebih, kata Urip, penggunaan bahasa di BMKG sedikit sulit dipahami masyarakat, sehingga perlu peran media massa untuk menyederhanakan agar masyarakat lebih mudah memahami dan tidak menaruh khawatir terhadap perubahan iklim.

Urip meminta media massa perlu mengulik sisi positif dari perubahan cuaca dan iklim, misal saat musim kemarau, media perlu menekankan pemberitaan positif dari kondisi kemarau, seperti produktivitas pertanian sektor padi dapat meningkat.

Karena Provinsi Kalsel merupakan wilayah yang cukup banyak sawah dengan lahan rawa yang jika musim hujan panjang akan membanjiri tanaman dan berdampak pada gagal panen jika tidak diantisipasi dengan baik.

Contoh lain, jika musim hujan, tentu ada sisi positif yang berdampak pada melimpahnya cadangan air, tanaman hortikultura juga dapat tumbuh dengan baik karena tidak kekurangan air. Jadi, tidak serta merta hanya tentang bencana banjir saja.

Urip menjelaskan perubahan iklim tidak serta merta hanya berhubungan dengan bencana. Jika dibandingkan dengan kebanyakan negara di luar seperti di Eropa, Indonesia termasuk negara ternyaman kondisi iklimnya karena suhu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, bahkan cuaca hujan juga normal sehingga tidak menyebabkan kekeringan jangka panjang seperti di Timur Tengah.

“Kami minta sebisanya beritakan sisi positif jika terjadi perubahan iklim agar masyarakat tidak selalu resah, jangan hanya beritakan bencana saja. Karena setiap perubahan iklim, pasti selalu ada sisi positifnya,” ujar Urip.*

Baca juga: BMKG: Batang-Pekalongan wajib mulai beralih gunakan rumah tahan gempa

Baca juga: Sebagian DKI diperkirakan hujan ringan pada Sabtu siang

Pewarta: Tumpal Andani Aritonang
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024