Riga/Bangkok (ANTARA News) - Presiden Latvia dan calon Thailand hari Kamis ditarik keluar dari lomba merebut jabatan sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa sesudah anggota Dewan Keamanan badan dunia itu meneguhkan Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Ban Ki-moon, akan keluar sebagai pemenang. Presiden Latvia, Vaira Vike-Freiberga, mengampanyekan rencana mengubah yang disebut wanita itu kelompok "anak lelaki", yang menyerahkan kepemimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa kepada pria dari berbagai wilayah secara bergilir. "Pencalonannya mencuatkan kenyataan, yang patut disesalkan, bahwa wanita tidak pernah menjabat sekretaris jenderal, di samping kelompok Eropa timur juga tidak pernah terwakili di lapis puncak Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata pernyataan kantor presiden itu. Pada Kamis pagi, calon Thailand untuk jabatan sama, Surakiart Sathirathai, wakil perdana menteri pada pemerintahan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang digulingkan kudeta tentara 19 September, juga ditarik. Dalam pemungutan suara tak resmi hari Senin, ke-15 anggota Dewan Keamanan memberi 14 suara untuk Ban Ki-moon, sementara satu suara abstain, dalam pemilihan untuk menggantikan Sekretaris Jenderal Kofi Annan, yang masa baktinya habis 31 Desember. Dari Bangkok, Perdana Menteri Sementara Thai Surayud Chulanont hari Kamis dikabarkan menyatakan mantan Wakil Perdana Menteri Thai Surakiart Sathirathai melepaskan upayanya menjadi sekretaris jenderal badan dunia itu untuk masa bakti mendatang. Surayud mengumumkan penarikan Surakiart, yang didukung ke-10 anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), kepada wartawan sesudah calon itu menemuinya di kantornya. Penarikan itu dilakukan sesudah pemungutan suara di markasbesar badan dunia tersebut di New York menunjukkan jaminan kemenangan bagi Menteri urusan Luar Negeri dan Perdagangan Korea Selatan itu untuk menggantikan Kofi Annan. Ban mengumpulkan suara dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan dan sembilan dari sepuluh anggota tidak tetapnya dalam pemungutan suara tak resmi keempat badan itu. Satu anggota tidak tetap tidak memberi suara pada pemungutan suara bersifat rahasia tersebut. Surakiart sebelumnya adalah menteri luar negeri dan kemudian wakil perdana menteri dalam pemerintahan Thaksin, yang ditumbangkan kudeta tak berdarah tersebut. "Kita harus menerima kekalahan itu," kata Surayud. Sebelum kudeta tersebut, Surakiart berada di tempat ketiga dalam pemungutan suara secara rahasia dan tak resmi itu sesudah Ban dan calon dari India, Shashi Tharoor, yang saat ini menjabat Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan Penerangan Umum. Tharoor hari Selasa mundur dari persaingan itu setelah melihat Ban unggul pada pemungutan suara tak resmi. Ia menyatakan Ban jelas pemenang dan akan menggantikan Kofi Annan sebagai sekretaris jenderal baru Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tharoor mendapat 10 suara mendukung, tiga menolak dan dua abstain dalam pemungutan suara itu. Dari tiga suara menentangnya, satu berasal dari anggota tetap, yang berarti bakal ada yang memvetonya pada pemilihan resmi. Tharoor juga menyatakan telah menyampaikan surat ucapan selamat kepada Ban dan berterima kasih kepada pemerintah India, yang telah mencalonkannya, serta kepada pers. Pemungutan suara terahir dijadwalkan dilakukan pada 9 Oktober, demikian laporan Kyodo, AFP dan Reuters. Diplomat Srilanka, Jayantha Dhanapala, telah lebih dulu mundur dari pencalonan itu.

Copyright © ANTARA 2006