Ankara (ANTARA) - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Selasa menekankan kebutuhan mendesak gencatan senjata di Lebanon, seraya menyoroti bahwa 20 persen penduduk telah mengungsi akibat pengeboman yang meningkat di Lebanon dan eskalasi konflik di kawasan.

Borrell menggarisbawahi situasi mengerikan di perbatasan Gaza dan dampaknya terhadap Lebanon, di mana serangan roket Hizbullah dan respons militer Israel telah meningkatkan ketegangan, sebutnya saat berbicara di Parlemen Eropa.

"Pengeboman itu sangat besar, dan pusat-pusat kota juga terkena dampaknya," katanya.

Borrell mengungkapkan bahwa sekitar 50.000 warga Lebanon harus mengungsi ke Suriah, dan diperkirakan jumlah korban tewas telah mencapai 2.000 jiwa.

Dia menunjuk peran ganda Hizbullah di Lebanon sebagai entitas politik dan kekuatan militer, yang mempersulit upaya untuk menstabilkan negara tersebut.

“Lebanon tidak stabil karena di dalam negara itu, ada negara lain, yaitu Hizbullah, boneka Iran,” imbuh Borrell.

Dia menekankan pentingnya reformasi politik di Lebanon, khususnya kebutuhan untuk memilih presiden setelah dua tahun mengalami “kebuntuan.”

Meski demikian, Uni Eropa telah mengalokasikan 43,9 juta dolar AS (sekitar Rp687 miliar) untuk bantuan kemanusiaan, tetapi Borrell memperingatkan bahwa harus ada kemauan politik yang kuat dan dukungan internasional.

“Jika pasukan PBB tidak diperkuat, akan sulit untuk melakukan perubahan di kawasan tersebut, dan akan sulit untuk mencegah Lebanon menjadi seperti Gaza, terutama jika Anda melihat intensitas perang saat ini,” tegasnya.

Sumber: Anadolu

Baca juga: UE desak agar intervensi militer lebih lanjut di Lebanon dihindari

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024