Gorontalo (ANTARA News) - Sedikitnya ada 12 daerah di Indonesia yang terindikasi sebagai pusat perdagangan orang terutama wanita dan anak-anak. Salah satu anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI), Nani Tuloli di Gorontalo, Jumat, mengungkapkan bahwa ke 12 daerah tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, NTT serta NTB. "Semua daerah ini menjadi sarang sindikat perdagangan orang untuk kebutuhan lokal maupun luar negeri," tambahnya. Ia menjelaskan, saat ini praktek perdagangan wanita dan anak-anak tersebut telah meluas ke berbagai daerah di Indonesia, dengan berbagai macam cara serta taktik oleh para oknum yang terlibat. "Dulu yang dikenal sebagai pemasok hanya Jatim dan Jabar, tapi sekarang para oknum tersebut sedang memperluas jaringannya hingga ke pelosok," lanjutnya. Menurut dia, Kota Batam saat ini menjadi Bandar perdagangan orang terbesar di Indonesia, yang merupakan tempat transit untuk menyalurkan wanita dan anak-anak yang dijual ke luar negeri. Sementara itu, Sulawesi Utara dan Selatan menjadi pusat perdagangan orang, untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Irian dan negara Filipina. "Ini berdasarkan hasil temuan kami ketika melakukan survey di lapangan," ujarnya. Maraknya praktek jual beli haram tersebut, mendesak pihaknya merumuskan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemberantasan Perdagangan Orang, yang saat ini masih dalam taraf pembahasan di Tingkat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Lebih jauh ia menjelaskan, setiap pemerintah daerah harus mewaspadai kemungkinan masuknya jalur perdagangan orang tersebut, dengan memperhatikan indikator tertentu. Menurut dia, indikator bahwa di sebuah daerah telah atau akan dibentuk pusat perdagangan orang diantaranya adalah banyaknya tempat hiburan baik yang sifatnya terbuka maupun tertutup, serta masuknya jaringan narkoba di suatu wilayah. "Jangan menganggap sepele kedua hal ini, karena menjadi cikal bakal timbulnya perdagangan orang," kata dia. Selain itu, daerah yang banyak mempekerjakan wanita dan anak-anak di tempat hiburan serta memiliki pelabuhan laut, juga menjadi memberi peluang bagi para sindikat pedagang orang untuk melancarkan aksinya. "Jangan lupa juga, meningkatnya jumlah hotel dan mes di suatu daerah bukan saja memperbaiki perekonimian, tapi juga menjadi sarang mafia, " katanya mengingatkan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006