Pemerintah meyakini hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi
Untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, Indonesia berencana membangun jaringan listrik super grid dan smart grid. Jaringan ini akan menghubungkan sistem kelistrikan antarpulau sehingga energi bersih yang dihasilkan di satu daerah dapat didistribusikan ke daerah lain yang membutuhkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia sudah membuat langkah signifikan menuju transisi hijau. Pada November 2022, Indonesia meluncurkan dua inisiatif transisi energi yang ambisius, Energy Transition Mechanism (ETM) dan Just Energy Transition Partnership (JETP), dalam pertemuan G20.

ETM diperkirakan akan mengalokasikan dana senilai 500 juta dolar AS dan memobilisasi lebih dari 4 miliar dolar AS, sementara JETP akan memobilisasi dana awal sebesar 20 miliar dolar AS untuk mendukung transisi dan pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Pemerintah mengatakan total potensi energi terbarukan Indonesia adalah sebesar 3.600 GW, dengan potensi terbesar berasal dari energi surya yang mencapai 3.286 GW. Namun, pemerintah mencatat hingga saat ini pemanfaatannya masih di bawah 1 persen.

Menurut data Dewan Energi Nasional (DEN), bauran EBT nasional terus meningkat selama periode 2015-2022. Pada 2015, bauran EBT nasional hanya sekitar 4,40 persen, hingga akhirnya meningkat menjadi 12,3 persen pada 2022.

Walaupun pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat, ketergantungan pada bahan bakar fosil masih sangat tinggi, mencapai 86 persen. Saat ini, hampir 60 persen atau sekitar 91 GW pembangkit listrik di Indonesia masih bergantung pada batu bara.

Data DEN menunjukkan bahwa kontribusi batu bara dalam bauran energi primer nasional terus meningkat dari tahun ke tahun selama periode 2015-2023, mencapai puncaknya pada 2023 dengan persentase mencapai 40,46 persen.

Persentase bauran energi tertinggi pada 2023 juga didominasi oleh minyak bumi (30,18 persen), gas bumi (16,28 persen), sedangkan EBT 13,09 persen.

 

Pengembangan bioetanol

Salah satu contoh nyata dari upaya transisi energi yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir adalah pengembangan industri tebu untuk menghasilkan bioetanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) untuk bahan bakar kendaraan.

Pemerintah meyakini hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi, mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak, sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

Regulasi tentang pengembangan tebu untuk bioetanol ini sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (biofuel).

 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024