Pemerintah meyakini hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi
Kedua, pemanfaatan minyak bumi harus kurang dari 25 persen pada 2025 dan 20 persen pada 2050. Ketiga, pemanfaatan batu bara minimal 30 persen pada 2025 dan minimal 25 persen pada 2050. Terakhir, pemanfaatan gas bumi minimal 22 persen pada 2025 dan 24 persen pada 2050.
Selain itu, Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Regulasi tersebut mengatur percepatan pengakhiran masa operasional PLTU dan larangan pengembangan PLTU batu bara baru, kecuali proyek-proyek yang telah tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021--2030.
Untuk mencapai target emisi nol pada 2060, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga telah menyusun peta jalan transisi energi.
Rencana transisi energi Indonesia mencakup berbagai strategi komprehensif, seperti pengembangan masif energi terbarukan, penghentian bertahap PLTU batu bara, penerapan teknologi bersih seperti CCS/CCUS, serta peningkatan penggunaan kendaraan listrik.
Pemerintah menargetkan seluruh kebutuhan listrik pada 2060 akan dipenuhi oleh energi baru dan terbarukan (EBT), dengan tenaga surya menjadi kontributor utama mencapai kapasitas 421 GW dari total kapasitas pembangkit listrik EBT sebesar 708 GW.
Penutupan PLTU akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan masa kontrak, dan tidak ada rencana penambahan kapasitas baru setelah tahun 2030. PLTU terakhir diperkirakan akan berhenti beroperasi pada 2058.
Pemerintah saat ini sedang menyusun peta jalan pemensiunan dini PLTU berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022.
Sebanyak 13 PLTU direncanakan dipensiunkan secara dini dengan mempertimbangkan keekonomian serta tidak menimbulkan gejolak kekurangan pasokan dan kenaikan harga listrik. Namun, Pemerintah belum menentukan kapan dan PLTU mana saja yang akan dipensiundinikan.
Selain menutup PLTU, Indonesia juga mengadopsi teknologi co-firing di PLTU, yakni pencampuran bahan bakar batu bara dengan biomassa, yang berasal dari perkebunan sawit dan sumber lainnya. Skema ini telah diterapkan di 33 dari 48 PLTU yang sedang diuji coba.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024