Jakarta (ANTARA News) - Kalangan pengembang menilai kebijakan Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate sebesar 50 basis poin menjadi 10,75 persen per tahun cukup positif bagi perkembangan bisnis properti di dalam negeri. "Langkah BI menurunkan BI Rate sebesar 50 basis poin menjadi 10,75 persen diharapkan merangsang perkembangan bisnis properti di Indonesia," kata Dirut PT Summarecon Agung Tbk, Johanes Mardjuki, di Jakarta, Jumat. Dikatakannya para pengembang sebenarnya mengharapkan BI menurunkan BI Rate menjadi 10,50 persen, namun langkah BI menurunkan 50 basis poin itu juga merupakan langkah yang cukup baik. Johanes optimis BI Rate pada akhir tahun ini bisa mencapai 10 persen, mengingat keadaan perekonomian Indonesia sudah mulai pulih tercermin dengan menurunnya laju inflasi. Mengenai daya beli masyarakat diakui sejak pemerintah menaikkan harga BBM, daya beli masyarakat relatif terus menurun, untuk meningkatkan daya beli masyarakat sektor riil perlu diberikan rangsangan, antara lain berupa kemudahan perpajakan atau kemudahan lain yang dapat mendorong sektor riil. Johanes mengharapkan sektor perbankan tidak segan-segan mengucurkan kreditnya kepada sektor riil, sehingga pada gilirannya dapat merangsang daya beli masyarakat. Sementara Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengemukakan keputusan penurunan BI Rate 50 basis poin merupakan hasil Rapat Dewan Gubernur yang mengacu pada hasil evaluasi kondisi perekonomian nasional. Penurunan BI Rate dapat dimanfaatkan kalangan perbankan nasional meningkatkan fungsi intermediasi yang sempat terkendala sejak awal tahun ini. Penurunan patokan bunga nasional sejak Mei mendapat respon positif dengan kenaikan kredit perbankan sepanjang bulan Agustus sebesar Rp10,8 triliun, meskipun kenaikan kredit pada Juli hanya Rp1 triliun. Menurut Burhanuddin, penurunan suku bunga juga mendorong kegairahan pasar modal dengan naiknya IHSG menjadi 1.535 dan turunnya rata-rata yield (imbal hasil) Surat Utang Negara menjadi 10,77 persen pada akhir triwulan ketiga 2006. Johanes mengakui penurunan BI Rate akan berpengaruh besar terhadap bursa saham dan obligasi, termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menanggapi meningkatnya harga saham properti di Bursa Efek Jakarta (BEJ), hal itu disebabkan terjadinya penguatan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara signifikan. Penguatan nilai tukar rupiah dan membaiknya sentimen investor di berbagai bursa global serta regional ikut meramaikan perdagangan saham di bursa Jakarta, demikian Johanes Mardjuki. (*)
Copyright © ANTARA 2006