"Targetnya supaya kita mengisi pasar sendiri di dalam negeri, saat ini animasi dalam negeri terutama film di televisi, 90 persen masih dari luar," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu usai mengunjungi Studio Animasi Prof Suyanto di STMIK Amikom Yogyakarta, Selasa.
Meski demikian, katanya, tidak tertutup kemungkinan untuk membidik pasar global melalui film animasi layar lebar karena produksi film animasi dengan target pasar global tidak hanya memberikan keuntungan dari distribusi tapi juga berdampak ke pariwisata.
Ia mencontohkan bagaimana film "Kungfu Panda" dan "Mulan" dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tiongkok.
"Selain itu juga pencitraan mengenai negaranya dan bahwa budayanya yang luar biasa kayanya itu terangkat. Nilai ekonomi pencitraan buat negara luar biasa," kata Mari.
Dia juga mendukung produksi film animasi "Battle of Surabaya" buatan studio STMIK Amikom, MSV Pintures, yang sudah ditawarkan ke "raja" animasi Walt Disney untuk didistribusikan secara global.
"Misalnya 'Battle of Surabaya' menjadi hits, bukan hanya nilai distribusinya yang tinggi karena secara internasional, tetapi nama Indonesia juga terangkat, orang akan bertanya 'Surabaya ada di mana? Di Indonesia. Indonesia itu di mana? Kita harus kunjungi Indonesia'," katanya.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga sedang menyiapkan cetak biru pengembangan industri animasi yang antara lain mencakup rencana aksi dalam lima tahun, termasuk di dalamnya bagaimana mengisi pasar di dalam negeri sendiri.
Menurut catatan kementerian, pertumbuhan usaha ekonomi kreatif sektor film, video dan fotografi pada 2013 sebesar 2,74 persen. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun sebelumnya (2012) yang mencapai 2,97 persen.
Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014