Kalau kita tidak fokus maka dalam menghadapi persaingan MEA nanti kita bisa buyar."
Medan (ANTARA News) - Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan salah satu upaya menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan mulai diberlakukan tahun 2015 adalah dengan menghentikan disorientasi pendidikan di Tanah Air.

"Tahun depan MEA sudah mulai. Orang akan bisa bekerja di sana-sini. Sekarang ini bukan lagi soal pinter-pinteran tapi bagaimana bersikap. Menghadapi MEA harus berani bertarung dan berkompetisi kalau tidak kita hanya akan jadi penonton. Oleh sebab itu kita tidak ingin itu terjadi, makanya pendidikan nomor satu, kalau urusan presiden nomor dua," kata Jokowi di depan forum Lokakarya Peningkatan Kualitas Guru di Hermes Palace, Medan, Sumatera Utara, Selasa.

Jokowi menilai saat ini pendidikan di Indonesia kurang fokus dan terkesan mengalami disorientasi.

"Sekarang ini kita disorientasi, kita bingung mau kemana arah pendidikan kita? Energi apa pertanian apa IT apa industri? Kurang jelas. Tidak fokus," katanya.

Lebih lanjut Jokowi mengatakan kalau orientasi dunia pendidikan difokuskan maka Indonesia akan bisa loncat meraih kemajuan.

"Kalau kita tidak fokus maka dalam menghadapi persaingan MEA nanti kita bisa buyar," kata Jokowi.

Jokowi mencontohkan akan memfokuskan pembangunan negara pada agrikultur dan mengembangkan kedaulatan pangan, maka dengan demikian sistem pendidikan juga akan diarahkan ke pengembangan agrikultur.

"Infrastruktur juga akan diarahkan ke sana dari bendungan dan lain-lain," katanya.

Lebih lanjut Jokowi berencana akan memecah Kementerian Pendidikan dan Kementerian Pendidikan Tinggi yang akan disatukan dengan Riset dan Development dengan demikian akan lebih mengefisienkan kerja dan anggaran.

Selain itu juga akan dibuat Dirjen khusus yang mengurusi guru sehingga potensi suap dalam pengurusan tunjangan guru dapat diminimalisir.

Sistem perekrutan guru juga akan dirombak mulai dari tahap pendidikan guru.

"Sekolah pendidikan guru kita buat semacam asrama jadi nanti Sabang sampai Merauke kualitas guru akan sama. Ini mau beri pendidikan ke generasi selanjutnya lho, jangan sampai ideologinya beda-beda. Kalau diasramakan kan akan lebih mudah menyamakan pola pikir," katanya. (*)

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014