Yerusalem (ANTARA News) - Parlemen Israel akan memilih kepala negara ke-10 dari lima kandidat, Selasa, untuk menggantikan Shimon Peres yang masa jabatannya sebagai presiden berakhir pada Juli mendatang.
Lima calon tersebut dinilai tidak dapat menandingi karisma Peres yang berhasil menggunakan posisi presiden--yang dalam sistem politik Israel tidak mempunyai banyak kewenangan--untuk mempromosikan pesan perdamaian.
Sebanyak 120 anggota parlemen--dikenal dengan nama Knesset--akan menggelar rapat pleno khusus pada pukul 11.00 waktu setempat pada Selasa untuk memulai pemungutan suara.
Kandidat pengganti Peres awalnya berjumlah enam orang namun kemudian berubah menjadi lima setelah salah satu calon, Binyamin Ben Eliezer mengundurkan diri.
Eliezer menarik diri setelah pihak kepolisian mengumumkan penyelidikan keterlibatannya dalam transaksi finansial mencurigakan.
Sementara itu mantan ketua parlemen Reuven Rivlin diperkirakan akan memenangi kursi kepresidenan. Dia merupakan anggota sayap kanan partai Likud--yang juga tempat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berasal.
Empat kandidat yang lain adalah tokoh moderat Meir Sheertrit dari partai HaTnuah, Dalia Itzik yang merupakan kepala Knesset wanita pertama pada 2006, pensiunan hakim Mahkamah Agung Dalia Dorner, dan penerima Hadiah Nobel Kimia Dan Shechtman.
Sejumlah pengamat memperkirakan para kandidat tidak akan memperoleh 61 suara sehingga dibutuhkan beberapa putaran.
Di sisi lain Peres, yang merupakan satu-satunya pendiri Israel yang masih hidup hingga kini, telah menjabat sebagai presiden selama tujuh tahun. Dia akan turun jabatan satu pekan sebelum ulang tahunnya yang ke 91.
Peres merupakan figur yang populer di Israel. Jajak pendapat yang digelar stasiun televisi Channel 2 menunjukkan bahwa dua pertiga warga di negara tersebut masih ingin Peres menjabat sebagai presiden.
Jajak pendapat lain dari harian Haarets pada akhir Mei lalu menunjukkan 31 persen warga Israel menginginkan Reuven Rivlin sebagai pengganti Peres sementara Shechtman menyusul di posisi kedua dengan 22 persen.
Sejumlah pengamat mengatakan bahwa pengganti Peres akan mengalihkan fokus dari urusan internasional ke persoalan dalam negeri.
Selama menjabat sebagai presiden, Peres seringkali berseteru dengan Netanyahu karena mempertanyakan kebijakan perdana menteri dalam menangani konflik Israel-Palestina.
Bagi sebagian besar orang, dia akan diingat sebagai tokoh yang mengembalikan reputasi kepresidenan yang sebelumnya tercoreng karena kasus perkosaan dan pelecehan seksual yang melibatkan mantan presiden Moshe Katsav, demikian laporan AFP.
(Uu.G005)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014