Bukan hanya roda perekonomian di Kalimantan Timur yang bergeliat karena pembangunan IKN, geliat roda ekonomi juga dirasakan oleh daerah-daerah di Indonesia Timur seperti Jawa Timur dan Sulawesi.
Di Pelabuhan Kaltim Kariangau Terminal (KKT) terjadi peningkatan arus peti kemas yang berkaitan dengan kebutuhan pembangunan Nusantara. Arus peti kemas di KKT tumbuh sekitar 21 persen dari 96 ribu teus di semester 1 tahun 2023 meningkat menjadi 117 ribu teus di semester 1 tahun 2024.
Kemudian kunjungan kapal peti kemas, kapal roro, serta meningkatnya kegiatan kapal curah kering yang melakukan pemuatan batu pecah untuk pembangunan IKN di Pelabuhan Parepare, Sulawesi Selatan, membuat kinerja layanan kapal tumbuh sekitar sekitar 6,01 persen yaitu dari 39,398 call kapal menjadi 41,766 call kapal.
Lalu adanya tambahan kapal tol laut untuk kegiatan bongkar komoditas rokok di Pelabuhan Nunukan. Meningkatnya permintaan kebutuhan barang proyek IKN serta barang consumer goods, seperti pakaian, makanan, dan elektronik di Samarinda. Hal serupa juga terjadi pada pengiriman pasir dari Sulawesi Barat dan pengiriman 70 bus pariwisata dari Jawa Timur ke Pelabuhan Balikpapan.
Pelayaran dan pengiriman dari sejumlah wilayah Indonesia Timur dalam rangka memenuhi kebutuhan material konstruksi dan bahan konsumsi untuk pembangunan IKN membuktikan bahwa pemerataan ekonomi di Indonesia Timur sudah mulai bergeliat dan berhasil meningkatkan kinerja tol laut sebagai landasan utama Indonesia menjadi negara maritim.
Pembangunan IKN juga berhasil menciptakan dampak positif bagi iklim investasi di Kalimantan Timur dengan mencatat pertumbuhan investasi asing 7,30 persen secara tahunan (year on year). Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri tercatat tumbuh positif 4,99 persen secara tahunan.
Terdongkraknya investasi di Kalimantan Timur tersebut tidak terlepas dari kegiatan peletakan batu pertama sebanyak tujuh kali dengan total investasi Rp56,8 triliun dan keterlibatan 31 investor.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024