Jakarta (ANTARA News) - Salah satu soal penting pasca dilepasnya embargo peralatan militer AS terhadap Indonesia ialah dibangunnya pengertian, bahkan kerja sama di bidang industri strategis antar-kedua negara besar tersebut. "Termasuk dalam kerja sama itu menyangkut peluang bagi Indonesia untuk mendapat kesempatan membikin komponen-komponen yang sudah dapat dibikin di sini seperti radar, alat angkut dan sistem persenjataan tertentu. Itu dibuat saja di sini," kata Ketua Komisi I DPR RI, Theo L Sambuaga, Kamis di Jakarta, menanggapi agenda pembicaraan bilateral antara Presiden George W Bush dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, November mendatang. Menyangkut kerja sama militer pasca embargo itu, menurut Theo Sambuaga, bisa berbentuk Militair to Militair Coorporation (Mil to Mil). "Kan sekarang sesudah embargo itu, bisa tidak ditingkatkan lagi kerja sama di bidang International Militairy Education Training (IMET) dengan kualitas maupun kuantitas yang signifikan," tanya Theo Sambuaga yang juga Ketua DPP Partai Golkar ini. Diharapkan juga, ada jaminan supaya tawaran-tawaran perlengkapan militer seperti pesawat transpor, pesawat latih, pesawat tempur dan perlengkapan lainnya dapat dilakukan dalam bentuk bantuan bersifat jangka panjang. "Jadi, jangan sekedar harga komersial. Kita memang butuh untuk terus memperkuat alat utama system persenjataan (Alusista), dan terbuka peluang kepada siapa saja atau negara mana saja untuk bekerja sama, termasuk Amerika," kata Theo Sambuaga yang pernah menjabat Presiden Komisi Politik dan Perlucutan Senjata Badan Parlemen Internasional (International Parliement Union). Pertemuan bilateral Yudhoyono-Bush itu, menurut Theo Sambuaga, bisa saja akan diwarnai pula dengan pembicaran di bidang ekonomi, perdagangan, maupun pendidikan. "Sebagai negara dengan pengaruh kuat di fora internasional, kita coba mendorong mereka untuk mampu mempengaruhi foreign direct investor (FID) agar semakin meningkat memanfaatkan berbagai peluang investasi di Indonesia," ujar Theo Sambuaga, usai menerima President US-ASEAN Business Council bersama 12 ekekutif perusahaan-perusahaan raksasa AS, di antaranya dari Microsoft, Oracle, Hewlett-Packard dan Time Warner. Sementara di bidang perdagangan, Theo Sambuaga berpendapat, tentu kita berharap pihak Amerika dapat segera mengakhiri pemberlakuan hambatan-hambatan non tariff terhadap sejumlah produk ekspor Indonesia, termasuk tekstil, juga pengenaan aneka persyaratan perdagangan internasional memberatkan. "Sedangkan di bidang pendidikan, seyogianya pertemuan ini bias mendorong untuk lebih meningkatnya kesempatan bagi mahasiswa Indonesia mengikuti program-program studi tertentu di Amerika," katanya lagi.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006