Jakarta (ANTARA) - Batam merupakan salah satu kota dengan posisi yang sangat strategis di Indonesia. Terletak di jalur pelayaran internasional dan berbatasan langsung dengan dua negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia.

Dengan posisinya tersebut Batam telah menjadi pusat perdagangan dan industri yang penting.

Sebagai kota terencana, Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia.

Pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Batam tercatat lebih dari 7 persen sebuah angka yang jauh melebihi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan nasional.

Hal itu menunjukkan betapa pesatnya perkembangan kota ini, yang semakin dipandang sebagai pusat ekonomi yang menjanjikan. Namun, meskipun ekonomi berkembang dengan baik, tantangan biaya hidup tetap menjadi isu utama, terutama bagi mereka yang hidup dengan Upah Minimum Kota (UMK).

Untuk tahun 2024, UMK Batam yang telah ditetapkan adalah sebesar Rp4.685.050. Angka ini memang terlihat cukup besar jika dibandingkan dengan beberapa kota besar lainnya di Indonesia.

Namun, berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilakukan setiap lima tahun sekali oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang memperhitungkan biaya konsumsi seperti makanan, minuman, bensin hingga pulsa handphone, Batam masuk dalam daftar 10 kota dengan biaya hidup bulanan tertinggi.

Berdasarkan data SBH tahun 2022, biaya hidup di Batam diperkirakan mencapai Rp10,2 juta per bulan untuk kebutuhan dasar.

Meskipun UMK di Batam lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa wilayah lain di Indonesia, biaya hidup di kota juga terbilang tinggi karena dipengaruhi oleh kedekatannya dengan Singapura dan Malaysia, yang turut mempengaruhi tingginya harga barang dan jasa.

Selain itu, faktor geografis juga menjadi salah satu penyebab Batam masuk dalam sepuluh kota dengan biaya hidup tertinggi. Sebagai wilayah kepulauan, seluruh kebutuhan logistik harus diangkut melalui jalur laut, yang secara langsung menyebabkan tingginya harga barang yang harus ditanggung oleh masyarakat.

Kesenjangan antara UMK dan biaya hidup ini menjadi tantangan besar bagi banyak pekerja di Batam, terutama mereka yang berada di sektor informal atau dengan pendidikan terbatas.

Dengan demikian, harapannya kesenjangan antara upah dan biaya hidup dapat semakin diperkecil, sehingga masyarakat Batam dapat menikmati manfaat penuh dari pertumbuhan ekonominya yang pesat.

Baca juga: Perbedaan besar antara UMK dan biaya hidup di Surabaya

Baca juga: Mau kuliah di Semarang? Simak biaya hidup untuk mahasiswa

Baca juga: Ingin tinggal di Jepang? Simak rincian biaya hidup di Negeri Sakura

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024