Mukomuko (ANTARA) - Warga Desa Lubuk Sanai II, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Kawik (49) menemukan mortir aktif, dan telah dievakuasi oleh pihak kepolisian resor dan TNI di daerah itu.
"Benar adanya mortir aktif yang ditemukan oleh warga Desa Lubuk Sanai II, Kecamatan XIV Koto menemukan mortir pada Senin (7/10) sekitar pukul 09.30 WIB," kata Kepala Kepolisian Resor Mukomuko AKBP Yana Supriatna dalam keterangannya di Mukomuko, Senin.
Ia mengatakan, setelah mendengar informasi tersebut, Kapolsek Kota Mukomuko beserta Kanit Reskrim dan anggota Polsek meluncur ke tempat kejadian peristiwa (TKP) penemuan mortir sekitar pukul 10.00 WIB.
Berdasarkan informasi yang diterima dari Kawik, katanya, granat atau mortir tersebut didapat dari wilayah Silaut Kecamatan Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat seminggu yang lalu.
Ia mengatakan, Kawik yang sehari-harinya berprofesi mencari dan mengumpulkan barang bekas dengan berkeliling di berbagai wilayah, dan seminggu yang lalu ketika berkeliling di wilayah Silaut membeli granat tersebut dari seorang bernama Ulmi dengan harga Rp4000 per kilogram.
Pada saat itu, katanya, Kawik tidak mengetahui bahwa besi bulat yang dibelinya tersebut adalah granat atau meriam mortir.
Ia mengatakan, Kawik mengetahui jika itu adalah bom atau granat mortir ketika rekan kerjanya yaitu Tio disuruh untuk membelah meriam atau granat tersebut.
"Pada saat itu juga Tio langsung memberitahu kepada Kawik jika besi bulat itu adalah granat," ujarnya.
Ia mengatakan, pada saat itu keduanya merasa takut kemudian mereka memberitahukan penemuan Kawik tersebut kepada Bhabinkamtibmas di wilayah tersebut.
Selanjutnya, katanya, melaporkan kejadian itu kepada pimpinan, memasang Police Line di TKP tersebut, dan berkoordinasi dengan Polres dan Satbrimob untuk mengamankan barang bukti tersebut.
Baca juga: Polisi nyatakan mortir yang diamankan di Kalideres masih aktif
Baca juga: Warga Banda Aceh temukan mortir aktif peninggalan Belanda
Baca juga: Brimob siap ledakkan puluhan mortir sisa PD II di Belitung
Pewarta: Ferri Aryanto
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024