kandungan air yang mengandung logam berat mineral yang berlebih, zat organic berlebih pada air harus disisihkan dengan alat penyaring yang menggunakan berbagai macam media filter untuk proses adsorpsinya.
Ternate (ANTARA) - Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara menyosialisasikan inovasi penggunaan limbah pertanian sebagai media filter air, melalui pengolahan air skala rumah tangga karena dinilai memiliki banyak dampak positif bagi Kesehatan masyarakat.

"Kegiatan ini bukan hanya sosialisasi, tetapi dilanjutkan dengan penerapan teknologi sederhana untuk menyaring air yang tercemar oleh limbah rumah tangga. Teknologi sederhana ini akan dipasang di desa Braha Halmahera Barat dan Masyarakat desa dapat mengambil air yang sudah diolah dengan alat filter ini," kata Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Khairun Badrun Ahmad, ST,MT kepada ANTARA di Ternate, Senin.

Badrun saat sosialisasi menyampaikan bahwa kegiatan sosialisasi ini disponsori oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

"Ini adalah bentuk kegiatan skema pengabdian kepada Masyarakat yang diajukan di website basis Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA) Kemdikbud lalu disetujui untuk dilaksanakan." ujarnya.

Alat ini juga menurut Badrun dapat dijadikan model, jika Masyarakat ingin membuat alat serupa untuk mengolah air sebelum dikonsumsi. Melalui sosialisasi ini Badrun menekankan pentingnya mengonsumsi air yang diolah terlebih dahulu dengan cara difilter atau disaring.

"Berdasarkan penelitian ada dampak buruk bagi Kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air tanpa difilter terlebih dahulu yaitu menyebabkan penyakit seperti diare karena adanya kandungan bakteri ecoli yang berlebih dan kandungan zat kimia berbahaya pada air yang tidak diolah," katanya.

Selain itu, kandungan air yang tidak diolah juga terdapat kandungan zat pencemar berupa logam berat dan pestisida.

Menurut dosen pengampuh mata kuliah rekayasa penyehatan lingkungan ini bahwa logam berat tidak dibutuhkan oleh tubuh dan menjadi berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan.

"Banyak air kita yang mengandung logam berat, mineral-mineral berlebih dan pestisida yang berasal dari pertanian," ujarnya.

Menurutnya kandungan air yang mengandung logam berat mineral yang berlebih, zat organic berlebih pada air harus disisihkan dengan alat penyaring yang menggunakan berbagai macam media filter untuk proses adsorpsinya.

Oleh sebab itu pihaknya terus mensosialisasikan terkait inovasi penggunaan limbah pertanian sebagai media filter air untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Sosialisasi yang diberikan dapat menyampaikan informasi dan pemahaman agar masyarakat desa Braha lebih aware untuk mengolah airnya sebelum dikonsumsi," katanya.

Dia melanjutkan bahwa filter air yang efektif digunakan untuk menyaring air ini berbasis tradisional sehingga tidak perlu membeli alat penyaring air yang harganya mahal. Media filter yang digunakan dapat berasal dari limbah Perkebunan dan pertanian berupa daun dan kulit buah.

"Filter yang sudah terbukti efektif untuk menyaring logam berat dan pestisida sebagai zat pencemar adalah kulit buah dan daun. Hal ini sudah banyak di publikasi di jurnal nasional dan internasional," ungkapnya.

Badrun berharap lewat sosialisasi ini dia dapat mendorong masyarakat di desa Braha untuk menyaring air yang dikonsumsi dengan memanfaatkan limbah pertanian dan Perkebunan berupa kulit buah dan daun di sekitar rumahnya.

"Kami tidak berhenti sampai sosialisasi ini saja namun dilanjutkan dengan membuat alat penyaring air sederhana yang dapat digunakan oleh Masyarakat desa Braha sebagai sumber air bersih," tambahnya.
Baca juga: Unkhair Maluku Utara tanam 6.900 bibit mangrove di Pulau Obi
Baca juga: Menparekraf: Masjid Raya di Morotai bisa jadi lokasi MICE

Baca juga: Itera buat inovasi penyaring air berbahan alami untuk pelaku UMKM tahu

Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2024