Pada kesempatan itu Mirza mengatakan kondisi makro di Tanah Air berpengaruh besar terhadap arus modal masuk dan keluar sehingga hal ini akan memberikan dampak di pasar keuangan Indonesia.
"Capital outflow (modal keluar) pada kuartal III dan IV tahun lalu mencapai 4,7-5 miliar dolar AS, dampaknya terjadi keguncangan di pasar valas dan obligasi," ujar Mirza.
Gejolak yang terjadi di pasar keuangan, lanjut, Mirza, pada gilirannya juga mengakibatkan timbulnya masalah pendanaan bagi perbankan yang mengalami peningkatan.
Mirza menilai, pemerintah perlu menjaga kondisi makro agar tetap terjaga dengan baik khususnya defisit transaksi berjalan.
Menurutnya, kendati Bank Indonesia menurunkan BI rate ke level yang lebih rendah, namun kondisi makro tidak mendukung, maka kemungkinan terjadinya capital outflow dapat terjadi kembali dan berdampak pada pendanaan jangka panjang.
"Tidak kemudian bila BI turunkan BI rate, namun kondisi makro jelek, pendanaan bisa kembali baik," kata Mirza.
Pada Januari hingga Mei 2014, terdapat arus modal masuk kembali ke Indonesia yang mencapai Rp130 triliun.
Menurut Mirza, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya perbaikan defisit neraca transaksi berjalan dari 4,4 persen pada pertengahan tahun lalu menjadi sekitar 2 persen.
"Kalau angka makro kembali memburuk bisa saja capital outflow kembali lagi, kita mengalami masalah kembali," ujar Mirza.
Mirza sendiri juga mengharapkan pemilihan umum 2014 dapat berjalan dengan baik sehingga modal tetap ada di Indonesia.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014