Yani Karlina (27), salah seorang warga Kelurahan Pamoyanan, Senin, mengatakan bahwa pascakelangkaan gas bersubsidi beberapa pekan terakhir, harga elpiji sulit menjadi normal kembali.
"Harga bahan pokok sudah mulai naik. Belum lagi harga gas sekarang masih tinggi Rp18 ribu per tabung. Apalagi nanti mendekati Bulan Puasa, bisa-bisa sampe Rp20 ribu per tabung," ucapnya.
Dia berharap, pemerintah dapat menanggulangi kebutuhan warga yang saat ini serba mahal. Sebab, selama ini tambah dia, pendapatan dengan pengeluaran sehari-hari jauh lebih besar.
"Kalau kondisinya seperti ini terus, warga sederhana semakin terjepit. Minimal gas bersubsidi untuk warga sederhana bisa murah," pintanya.
Hal senada diungkapkan, Ayi Suherman (38), pedagang gorengan di Jalan Siti Jenab. Dia mengaku, harga elpiji 3 kilogram yang masih mahal berpengaruh terhadap pendapatannya sehari-hari.
"Harga sayuran dan bumbu dapur sekarang sudah merangkak naik, gas juga masih mahal meskipun sudah tidak sulit didapat. Namun pendapatan kami menurun karena harga jualan tidak berubah," keluhnya.
Biasanya, tambah dia, dalam satu hari bisa mendapatkan keuntungan Rp100 ribu-Rp150 ribu, namun sekarang hanya Rp50 ribu-Rp75 ribu per hari.
"Harga sembako tidak bisa diprediksi, kadang turun kadang naik. Kalau gas sampai mahal, pendapatan saya pasti tambah berkurang," katanya.
Sementara Ketua Hiswana Migas Cianjur Suryadi mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya berusaha untuk menurunkan kembali harga gas 3 kilogram dan mengimbau agen untuk menjual sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp14.250 per tabung.
"Kami akan memberikan peringatan pada panggkalan yang menjual di atas HET. Kami menjamin kebutuhan gas 3 kilogram untuk saat ini hingga Lebaran nanti aman untuk wilayah Cianjur," katanya.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014