Istanbul (ANTARA) - Hampir 58 persen dari 12,2  juta pemilih terdaftar di Kazakhstan, Ahad sore,  telah memberikan suara mereka dengan mengantre di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dalam referendum nasional mengenai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama negara itu.

"Referendum adalah mekanisme demokrasi langsung yang sangat efektif. Apapun keputusan yang diambil rakyat, negara akan dipandu oleh keinginan mereka," kata Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev seperti dikutip oleh layanan pers kepresidenan Kazakhstan, Akorda, kepada wartawan setelah memberikan suara di ibu kota negara Astana.

Ketika ditanya mengenai perusahaan yang akan membangun PLTN jika rakyat memilihnya, Tokayev berkata bahwa visi pribadinya mengenai masalah tersebut adalah sebuah konsorsium internasional harus bekerja di Kazakhstan yang akan terdiri dari perusahaan-perusahaan global dengan teknologi paling maju.

Menurut Komisi Pemilihan Umum Pusat (OSK) Kazakhstan, sebanyak 10.249 tempat pemungutan suara di seluruh negara Asia tersebut telah dibuka pada Ahad (6/10) pukul 7:00 pagi waktu setempat (02.00GMT) dengan lebih dari 12,2 juta orang pemilih terdaftar.

OSK mengatakan 74 TPS juga telah dibuka di misi diplomatik Kazakhstan di 59 negara.

Pada pukul 4 sore waktu setempat (11.00GMT), tingkat partisipasi pemilih telah mencapai 57,68 persen dengan lebih dari 7 juta warga Kazakhstan telah memberikan suara mereka, kata otoritas pemilihan.

Pemungutan suara dalam referendum dilanjutkan hingga pukul 8 malam waktu setempat.

Adapun pada awal bulan lalu, Tokayev mengumumkan bahwa referendum nasional mengenai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir itu akan diadakan pada 6 Oktober.

Proposal referendum pertama kali diajukan oleh presiden Kazakhstan pada September tahun lalu.

Dia menggambarkan keputusan untuk membangun atau tidak membangun pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut sebagai isu penting bagi masa depan Kazakhstan.

Dia juga mencatat bahwa pendapat di negara tersebut terbagi-bagi dengan masalah keselamatan menjadi faktor yang signifikan.

Kekhawatiran tersebut berasal dari peninggalan tragis lokasi uji coba nuklir Semipalatinsk di timur laut Kazakhstan yang digunakan untuk lebih dari 450 uji coba nuklir selama era Soviet.

Situs tersebut ditutup pada 1991, namun kenangan akan dampaknya masih membekas di kalangan penduduk.

Sumber : Anadolu

Baca juga: Kazakhstan buka jalan kerja sama lebih besar dengan Indonesia
Baca juga: Rusia siap tawarkan PLTN berkapasitas besar dan kecil ke Indonesia

 

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024