Petenis peringkat satu dunia itu juga menjadi orang pertama yang memenangi lima mahkota Roland Garros secara beruntun, ketika pria 28 tahun ini memperpanjang rekornya di turnamen ini menjadi 66 kemenangan berbanding satu kekalahan.
Kesuksesannya meraih 14 gelar menyamai torehan Pete Sampras dan membawa dirinya hanya terpaut tiga gelar dari pemilik rekor sepanjang masa Roger Federer, yang berusia hampir lima tahun lebih tua.
Kekalahan ini begitu menyakitkan bagi petenis peringkat dua dunia Djokovic, runner up 2012, yang masih memerlukan gelar Prancis Terbuka untuk menjadi petenis putra kedelapan yang melengkapi seluruh gelar Grand Slam.
Petenis Serbia itu mendominasi fase-fase awal pada final Minggu, pertemuan ke-42 antara kedua petenis ini, di mana ia terlihat mampu mengatasi cuaca panas di lapangan Philippe Chatrier.
Namun Nadal, yang bermain di final Grand Slam ke-20nya berbanding final ke-13 Djokovic, tampil semakin baik ketika ia mengakhiri rentetan empat kekalahan beruntun dari rival lamanya itu.
Duel selama tiga jam 31 menit ini berakhir pahit ketika Djokovic melakukan kesalahan ganda pada match point, yang membuat dirinya mendapat cemooh dari para penonton.
Pada pembuka pertemuan ketujuh mereka di final Grand Slam, Djokovic, yang mengenakan topi putih untuk mengatasi teriknya matahari, mematahkan serve lawannya untuk mengubah skor menjadi 5-3, setelah Nadal melepaskan pukulan forehand yang terlalu keras.
Petenis Spanyol itu memiliki dua angka untuk berbalik mematahkan serve lawannya pada game kesembilan namun dua pukulan forehand yang terlalu keras lainnya membuat Djokovic, yang bahkan melepaskan serve dan voli pada kedudukan 0-30, semakin dekat untuk memenangi set pertama.
Ia memenangi set pertama ketika Nadal, yang tidak seimbang dan berada dalam posisi yang tepat di baseline, melepaskan pukulan backhand yang terlalu panjang.
Ini merupakan ketiga kalinya sang juara kalah pada set pembuka di final Paris - ia juga melakukannya saat melawan Mariano Puerta pada 2005 dan pada 2006 saat melawan Roger Federer.
Bagaimanapun, ia mendapat keuntungan dengan break untuk unggul 4-2 pada set kedua melalui pukulan forehand yang masih mampu dikembalikan oleh petenis Serbia itu namun bola membentur net.
Namun Nadal mampu mengejar 3-4 setelah permainan service buruk Nadal yang diselingi dengan kesalahan ganda kedua.
Petenis peringkat kedua dunia itu memanfaatkan break point untuk menyamakan kedudukan menjadi 4-4, Nadal kemudian menahannya sebelum Djokovic melakukan kesalahan serius pertamanya.
Pukulan forehand yang keras memberi dua set point kepada Nadal, dan unggulan teratas itu mengonversinya dengan pukulan forehand yang tidak dapat dikembalikan.
Djokovic dengan cepat mendapat kesulitan dengan panasnya Paris ketika reli yang mencapai 22 pukulan menjadi dasar bagi Nadal untuk melakukan break, untuk unggul 2-0 pada set ketiga, yang berujung pada voli backhand yang mengenai net.
Permainan service yang berujung love diikuti dengan skor 3-0, di mana Nadal memenangi lima game secara beruntun.
Djokovic mendapatkan break point pada game kelima, pada game ketujuh yang berlangsung 11 menit, namun ia tidak memiliki jawaban untuk tekad baja dan pertahanan solid Nadal.
Ketika matahari mulai menghilang, demikian juga dengan harapan-harapan Nadal ketika Nadal memastikan ia memenangi set ketiga melalui pukulan forehand yang terlalu keras dari petenis Serbia itu.
Djokovic terlihat muntah pada awal set keempat, dan ia merasa kondisinya semakin buruk ketika servenya dipatahkan pada game keenam ketika Nadal kembali mengubah pertahanan menjadi serangan mematikan.
Bagaimanapun, untuk menjaga rivalitas sengit mereka yang telah berlangsung delapan tahun, Djokovic membuat pertandingan ini tetap sengit melalui break untuk mengubah skor menjadi 3-4.
Namun Nadal mengunci kemenangan ketika Djokovic melakukan kesalahan ganda ketiga dengan serve keduanya, yang diinterupsi teriakan dari para penonton, demikian AFP.
(H-RF)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014