Yogyakarta (ANTARA News) - Pameran tunggal seniman Duto Hardono bertajuk "Klab Lucifer" terinspirasi berbagai kenyataan sosial, medan seni rupa, dan dunia gagasan yang telah menjadi terlampau stereotip, kata kurator pameran tersebut, Agung Hujatnikajennong.
"Oleh karena itu harus dilihat dan ditampilkan secara berbeda. Bagi Duto dunia ini dipenuhi paradoks," katanya pada pembukaan pameran "Klab Lucifer" di Ark Galerie Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, melalui humor, ironi, parodi, dan satir, Duto justru ingin menemukan alternatif dari keserbapastian, esensialisme, dan logosentrisme.
"Pameran itu menguatkan sejumlah karakter artistik yang semakin khas dan identik dengan Duto. Penggunaan bunyi, benda-jadi, dan objek temuan masih dominan dalam karya-karya instalasinya," katanya.
Ia mengatakan aspek lain yang semakin menonjol adalah permainan bebas tanda-tanda yang sarat dengan sarkasme.
"Bagaikan sebuah klab, tempat orang-orang berkumpul dan bersenang-senang, pameran itu dapat diibaratkan sebagai ruang berkumpulnya tanda-tanda yang memberontak secara gembira, halus, dan sinis pada nilai-nilai kemapanan, kebaikan, dan keindahan," katanya.
Pengelola Ark Galerie Arsita Iswardhani mengatakan dalam tafsir religius, Lucifer adalah nama yang diberikan untuk iblis, makhluk Tuhan yang diusir dari surga dan dikutuk selamanya karena memusuhi Adam, Hawa, dan keturunannya.
"Demikian pula dalam berbagai hikayat, novel, opera, komik, dan film populer akhir-akhir ini, kita lazim menemui Lucifer sebagai karakter, makhluk atau tokoh yang dikaitkan dengan kejahatan, keburukan, dosa, dan kedurjanaan," katanya.
Dalam pameran yang berlangsung hingga 10 Juli 2014 itu, kata dia, Duto menggunakan gagasan dan mitos tentang Lucifer sebagai jalan masuk untuk mempersoalkan berbagai dikotomi dan oposisi biner, antara "baik dan jahat", "otentik dan palsu", "politik dan apolitis", "moral dan amoral", "tragedi dan lelucon"
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014