... Paus yakin bahwa baik dalam ajaran Kristen, Yahudi, maupun Islam, perdamaian itu hanya tumbuh dari iman yang benar akan Allah karena Allah itulah sumber perdamaian... "Kupang, NTT (ANTARA News) - Gereja-gereja sejagat mengapresiasi langkah Paus Fransiskus I mempercepat proses perdamaian antara Israel dan Palestina; termasuk untuk pertama kalinya dalam sejarah Gereja, akan ada ibadah shalat dan pembacaan kitab suci Al Quran, di Vatikan, Minggu ini.
"Ini momentum langka yang dimainkan Paus sebagai pemimpin tertinggi gereja Katolik Roma sedunia, bahwa perdamaian hanya akan terjadi dan bertumbuh dalam dan melalui Iman yang benar akan Allah yang adalah Allah Damai," kata Pater Dr Piter Aman OFM, ketika dihubungi dari Kupang, Minggu.
Dosen Filsafat Moral pada STF Driyakara itu mengatakan hal itu terkait untuk pertama kalinya dalam sejarah Gereja, akan ada ibadah shalat dan pembacaan kitab suci Al Quran dari Vatikan, sebagai bagian dari langkah Paus Fransiskus untuk mempercepat proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
Pejabat Tahta Suci Vatikan, Pater Marco, sebelumnya melalui Sumber Al Arabiya mengatakan, ibadah shalat yang akan digelar itu merupakan satu "jeda politik".
Pejabat itu menegaskan tak ada motif apapun di balik langkah ini selain keinginan untuk mendamaikan Israel dan Palestina baik di level politik maupun rakyat.
Saat mengunjungi Timur Tengah pekan lalu, Paus Fransiskus I sudah melayangkan undangan untuk Presiden Israel, Shimon Peres, dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk berkunjung ke Vatikan.
Di Vatikan, Abbas, Peres dan Paus Fransiskus akan didampingi para tokoh agama Kristen, Yahudi, dan Islam. Rencananya, Vatikan akan menyiarkan peristiwa ini secara langsung ke seluruh dunia.
"Doa bersama ini bukan sebuah mediasi damai atau pertemuan untuk mencari solusi. Kami hanya ingin bertemu lalu berdoa bersama, selanjutnya semua pulang ke rumah masing-masing," kata Paus Fransiskus I, usai meyampaikan undangan untuk mengunjungi Vatikan.
Paus Fransiskus I dijadwalkan akan bertemu Peres dan Abbas secara terpisah di hotel Vatikan yang juga menjadi tempat tinggal Paus.
Dalam acara ini, Paus Fransiskus I akan didampingi pemimpin spiritual Kristen Ortodoks dunia, Ecumenical Patriarch Bartolomeus, untuk menampilkan satu persatuan Kristen dalam ajang itu.
Selanjutnya keempat orang itu akan menuju lapangan di taman Vatikan untuk memulai gelar doa bersama yang akan dibagi dalam tiga bagian.
Saat mengunjungi Timur Tengah pekan lalu, Paus Fransiskus I sudah melayangkan undangan untuk Presiden Israel, Shimon Peres, dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk berkunjung ke Vatikan.
Di Vatikan, Abbas, Peres dan Paus Fransiskus akan didampingi para tokoh agama Kristen, Yahudi, dan Islam. Rencananya, Vatikan akan menyiarkan peristiwa ini secara langsung ke seluruh dunia.
"Doa bersama ini bukan sebuah mediasi damai atau pertemuan untuk mencari solusi. Kami hanya ingin bertemu lalu berdoa bersama, selanjutnya semua pulang ke rumah masing-masing," kata Paus Fransiskus I, usai meyampaikan undangan untuk mengunjungi Vatikan.
Paus Fransiskus I dijadwalkan akan bertemu Peres dan Abbas secara terpisah di hotel Vatikan yang juga menjadi tempat tinggal Paus.
Dalam acara ini, Paus Fransiskus I akan didampingi pemimpin spiritual Kristen Ortodoks dunia, Ecumenical Patriarch Bartolomeus, untuk menampilkan satu persatuan Kristen dalam ajang itu.
Selanjutnya keempat orang itu akan menuju lapangan di taman Vatikan untuk memulai gelar doa bersama yang akan dibagi dalam tiga bagian.
Nantinya, perwakilan Yahudi, Kristen, dan Islam akan membacakan ayat-ayat di kitab suci masing-masing dengan tema penciptaan, doa pengampunan dan doa mohon perdamaian.
Setelah gelar doa bersama Paus Fransiskus I, Peres dan Abbas akan menyampaikan pidato. Rangkaian acara ini diakhiri dengan penananam pohon zaitun, sebagai lambang perdamaian.
Terhadap terobosan Paus Fransiskus I itu, Aman mengatakan, secara moral Paus telah mengundang para tokoh dua negara itu untuk berdoa sebagai sebagai salah cara untuk mengakhiri pertikaian di Timur Tengah.
"Ini undangan Bapa Suci untuk kedua tokoh duniaitu untuk berdoa. Jadi berdoa itu merupakan sesuatu yang dapat dilakukan kapan dan dimana saja dengan caranya masing-masing apalagi untuk sebuah perdamaian dunia," katanya.
Menurut Pastor yang pernah belajar Theologi Moral di Roma, Italia itu mengatakan, Pau tetap yakin bahwa apapun yang dilakukan setiap orang di kolong langit ini harus bermula dari iman dan doa.
"Paus yakin bahwa baik dalam ajaran Kristen, Yahudi, maupun Islam, perdamaian itu hanya tumbuh dari iman yang benar akan Allah karena Allah itulah sumber perdamaian," katanya.
Jadi menurut dia, dalam konteks itu tidak ada yang salah dan tidak perlu ada yang dipersoalkan. Justru langkah itu lebih memperlihatkan kepada dunia bahwa betapa sentral Paus dalam mengemban misi untuk mewujudkan perdamaian antara negara Israel dan Palestina yang selama ini amat sulit untuk bertemu.
"Jadi bahwa kemudian pemimpin Palestina berdoa menurut ajaran agamanya di Al-Quran dalam bahasa Arab sekalipun di Vatikan saya tidak melihat itu sebagai masalah. Demikian pula orang-orang Kristen Katolik berdoa di Arab dalam ajarannya seperti dalam Kitab suci, tidak ada masalah," katanya.
Jadi menurut putra Desa Lentoh Kecamatan Poco Ranaka Kabupaten Manggarai Timur-NTT itu menegaskan pointnya adalah peran Paus yang harus amat diapresiasi oleh Palestina dan Israel karena bagaimanapun pemimpin tertinggi gereja Katolik masih didengar dan masih dihormati.
Setelah gelar doa bersama Paus Fransiskus I, Peres dan Abbas akan menyampaikan pidato. Rangkaian acara ini diakhiri dengan penananam pohon zaitun, sebagai lambang perdamaian.
Terhadap terobosan Paus Fransiskus I itu, Aman mengatakan, secara moral Paus telah mengundang para tokoh dua negara itu untuk berdoa sebagai sebagai salah cara untuk mengakhiri pertikaian di Timur Tengah.
"Ini undangan Bapa Suci untuk kedua tokoh duniaitu untuk berdoa. Jadi berdoa itu merupakan sesuatu yang dapat dilakukan kapan dan dimana saja dengan caranya masing-masing apalagi untuk sebuah perdamaian dunia," katanya.
Menurut Pastor yang pernah belajar Theologi Moral di Roma, Italia itu mengatakan, Pau tetap yakin bahwa apapun yang dilakukan setiap orang di kolong langit ini harus bermula dari iman dan doa.
"Paus yakin bahwa baik dalam ajaran Kristen, Yahudi, maupun Islam, perdamaian itu hanya tumbuh dari iman yang benar akan Allah karena Allah itulah sumber perdamaian," katanya.
Jadi menurut dia, dalam konteks itu tidak ada yang salah dan tidak perlu ada yang dipersoalkan. Justru langkah itu lebih memperlihatkan kepada dunia bahwa betapa sentral Paus dalam mengemban misi untuk mewujudkan perdamaian antara negara Israel dan Palestina yang selama ini amat sulit untuk bertemu.
"Jadi bahwa kemudian pemimpin Palestina berdoa menurut ajaran agamanya di Al-Quran dalam bahasa Arab sekalipun di Vatikan saya tidak melihat itu sebagai masalah. Demikian pula orang-orang Kristen Katolik berdoa di Arab dalam ajarannya seperti dalam Kitab suci, tidak ada masalah," katanya.
Jadi menurut putra Desa Lentoh Kecamatan Poco Ranaka Kabupaten Manggarai Timur-NTT itu menegaskan pointnya adalah peran Paus yang harus amat diapresiasi oleh Palestina dan Israel karena bagaimanapun pemimpin tertinggi gereja Katolik masih didengar dan masih dihormati.
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014