Bandung, (ANTARA News) - Kepala Dinas Perikanan Jawa Barat, Darsono, mengatakan, air lindi (limbah sampah) dari Tempat Pengolahan Kompos (TPK) Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung, akan mengancam kehidupan 40 ribu ton ikan di Waduk Cirata. "Saya sudah menyampaikan ancaman itu dalam pembahasan TPK Sarimukti, dan jika tidak ditangani maka bisa mengancam kehidupan 40 ribu ton ikan atau potensi kerugiannya diperkirakan mencapai Rp320 miliar", katanya, di Bandung, Kamis (5/10). Menurut Darsono, saat ini, jumlah peternak ikan di Cirata sebanyak sekitar 40 ribu jaring apung dengan rata-rata total produksi setiap tahunnya mencapai 42 ribu ton. Produksi ikan tersebut dapat saja terancam secara keseluruhan jika langkah antisipasi kehadiran limbah itu, tidak dilakukan di TPA Sarimukti. Ia mengatakan secara teroretis, limbah sampah itu akan memunculkan `organic toxic` dan `organic water` yang jika sudah masuk ke dalam perairan, maka akan menghabiskan beban oksigen di perairan tersebut hingga mengancam kehidupan ikan. "Organic toxic dan organic water itu akan mengambil oksigen pada malam hari hingga membahayakan kehidupan ikan di perairan yang tercemari limbah tersebut", katanya. Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Jabar, Yazid Salman, mengakui limbah organic toxic di TPKA Sarimukti, telah mengancam ikan di Cirata. "Saya mengharapkan persoalan ancaman limbah dari kehadiran TPK Sarimukti itu, segera diatasi dan jangan sampai rencana semula untuk menyelesaikan satu masalah namun muncul lagi persoalan baru", katanya. Dikatakannya, keberadaan TPK Sarimukti itu adalah untuk mengatasi darurat sampah di Kota Bandung, namun dikhawatirkan TPK Sarimukti justru akan menimbulkan permasalahan baru lagi terkait dengan pencemaran limbah di perairan Cirata. Sebelumnya, Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar Agus Rachmat mengatakan, pihaknya akan meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan dari sampah di Tempat Pengolahan Kompos (TPK) Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung melalui pembuatan parit. "Parit itu dipersiapkan untuk mengatasi air lindi yang disalurkan melalui pipa yang sudah dipersiapkan", katanya, di Bandung, Selasa (3/10). Menurut Agus, air lindi yang berasal dari sampah itu sangat berbahaya bagi lingkungan sekitarnya seperti untuk badan air dan badan tanah. Oleh karena itu, katanya, untuk mengatasi pencemaran di arel TPK Sarimukti itu, saat ini sudah bukan dalam bentuk kajian saja namun sudah ke dalam tahap pelaksanaan di lapangan seperti pembuatan parit dan penyediaan pipa yang menampung air lindi tersebut. "Penanganan TPK Sarimukti sendiri saat ini ditangani oleh tiga kabupaten/kota, Bandung, Kabupaten Bandung, dan Cimahi yang bekerjasama dengan Perhutani, sedangkan posisi Pemprov Jabar hanya sebagai fasilitator saja", katanya.(*)

Copyright © ANTARA 2006