Jakarta, (ANTARA News) - Organisasi kampanye lingkungan hidup, Greenpeace, menuntut agar Departemen Kehutanan menghentikan pemberian segala bentuk izin konversi lahan di ekosistem rawa gambut yang rentan menyebabkan kebakaran hutan. Aksi yang digelar di depan pintu masuk gedung Departemen Kehutanan di Jakarta, Kamis pagi (5/10) diisi dengan atraksi membuat asap buatan serta membentangkan spanduk bertuliskan "Stop Forrest Convertion". Menurut koordinator aksi tersebut, Hapsoro, pihaknya menuntut agar Menteri Kehutanan MS Kaban secepatnya menghentikan seluruh operasi pembersihan lahan di hutan-hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan, sekaligus memutus rantai kebakaran dan asap dari hutan yang mengancam kesehatan jutaan orang. Dikatakannya, jika Departemen Kehutanan tetap terus memberikan izin konversi lahan gambut bagi perkebunan kelapa sawit dan kayu, maka tahun depan pasti akan ada kebakaran hutan lagi. "Kami juga meminta agar perusahaan-perusahaan besar yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan juga harus diperiksa, jangan hanya rakyat kecil saja," katanya. Lebih lanjut ia menyebutkan, Selama ini Dephut tidak melakukan fungsi kontrolnya dengan jelas sehingga tidak semua pemilik lahan dikenai sanksi atas tindakannya melakukan pembakaran hutan. Aksi yang dilakukan Greenpeace tersebut merupakan yang kedua kalinya dengan tujuan bertemu langsung dengan Menteri Kehutanan MS Kaban. Saat itu mereka gagal bertemu Menhut meski telah melayangkan surat resmi. Hutan Indonesia merupakan hutan terakhir yang berada di kawasan Asia Pasifik. Setidaknya 11 persen dari hutan alami dunia yang tersisa saat ini berada di wilayah tersebut. Berdasarkan angka resmi dari Dephut, laju kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai angka 2,8 juta hektare per tahun. Sementara itu, hasil kajian Bank Dunia tahun 1999 menunjukkan bahwa sebagian besar hutan dataran rendah Sumatera akan hilang pada tahun 2005 dan selanjutnya kawasan hutan lahan basah pada tahun 2010. Selain akibat penebangan berskala besar, ancaman perusakan hutan di Indonesia secara nyata ditimbulkan juga oleh kebakaran hutan dan lahan.(*)
Copyright © ANTARA 2006