Beirut (ANTARA) - Asosiasi Medis Internasional Lebanon pada Sabtu menyerukan desakan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan PBB untuk mengakhiri "pembantaian" sistem layanan kesehatan Lebanon oleh pasukan Israel.

Pada Jumat, pejabat kantor berita Lebanon memastikan bahwa Rumah Sakit Pemerintah Marjayoun, RS Pemerintah Mays al-Jabal, dan RS Salah Ghandoor tidak dapat lagi beroperasi menyusul serangan Israel dan ancaman serangan lanjutan.

Asosiasi mendesak WHO dan PBB untuk campur tangan dan mengizinkan tim medis untuk mengevakuasi pasien dan petugas medis dari RS Salah Ghandoor, menekankan pentingnya melindungi petugas dan fasilitas layanan kesehatan.

"Kejahatan yang sedang berlangsung terhadap sektor medis dan tim darurat telah mencapai tingkat pelanggaran yang luar biasa terhadap piagam PBB dan hak asasi manusia, khususnya terkait hak atas perawatan medis dan rawat inap bagi semua individu,” ungkap asosiasi itu.

Organisasi itu menyoroti bahwa tindakan Israel bertentangan dengan ketentuan Konvensi Jenewa, yang menyerukan “intervensi efektif untuk menghentikan praktik kriminal terhadap yang terluka, staf medis, dan sektor layanan kesehatan.”

Sebelumnya pada Kamis, Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad mengungkapkan bahwa serangan udara Israel telah membunuh 97 petugas medis dan darurat sejak 23 September, menyebabkan kerusakan pada lebih dari 10 rumah sakit.

Sumber: Anadolu
Baca juga: PBB alokasikan dana tambahan untuk atasi situasi buruk di Lebanon
Baca juga: Irlandia tolak permintaan Israel tarik pasukan penjaga perdamaian
Baca juga: UAE luncurkan bantuan untuk Lebanon, kirim pesawat bantuan medis

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024