Jika Rusia mulai bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar internasional, maka saya yakin bahwa hubungan Amerika Serikat-Rusia akan membaik,"
Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama Jumat mengatakan bahwa Rusia harus mengakui pemimpin Ukraina yang baru terpilih sah jika ingin menyelesaikan krisis yang telah berlangsung beberapa bulan.
Obama berbicara dengan televisi AS sebelum hari sibuk diplomasi di peringatan D-Day di Normandy, Prancis, di mana Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara singkat dengan Presiden Ukraina terpilih Petro Poroshenko.
Obama, yang juga bertemu secara informal dengan Putin, mengatakan bahwa dia menghargai kerja sama dengan Rusia pada isu-isu termasuk perang Afghanistan dan kesepakatan sementara nuklir dengan Iran.
"Tetapi diperlukan resolusi situasi di Ukraina," kata Obama kepada NBC Nightly News.
"Dan juga dibutuhkan Putin mengakui bahwa Ukraina baru saja memilih Poroshenko sebagai presiden yang sah, yang akan dilantik Sabtu, (dan) bahwa Putin harus bekerja secara langsung dengan Poroshenko serta pemerintah Ukraina untuk mencoba menyelesaikan perbedaan antara kedua negara," kata Obama.
Rusia juga perlu "untuk menghentikan pembiayaan dan mempersenjatai separatis yang telah mendatangkan malapetaka di bagian timur negara itu," kata Obama, mengacu pada pemberontakan bersenjata di Ukraina yang telah merenggut sekitar 200 orang sejak pertengahan April.
"Jika Rusia mulai bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar internasional, maka saya yakin bahwa hubungan Amerika Serikat-Rusia akan membaik," katanya.
Obama menyampaikan pesan serupa dalam pertemuannya dengan Putin, kata Ben Rhodes, wakil penasehat keamanan nasional AS.
Poroshenko - yang pelantikannya Sabtu dihadiri oleh Wakil Presiden Joe Biden - mengatakan, ia berharap Rusia akan mengakui pemilihan setelah "penundaan singkat."
Pengusaha cokelat milioner tersebut adalah pengecam keras Rusia selama kampanye. Tetapi Putin mengatakan setelah pertemuannya dengan Poroshenko, pemimpin Ukraina itu memiliki "pendekatan yang tepat" untuk menyelesaikan konflik.
Rusia Maret mencaplok Krimea, semenanjung strategis di pantai utara Laut Hitam, setelah tiga pekan diduduki dan referendum yang Majelis Umum PBB nyatakan tidak sah, demikian AFP.
(H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014