Bandung (ANTARA News) - Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Sugandi, mengatakan nilai tukar rupiah pada semester I 2014 dalam kondisi rentan yang dipengaruhi berbagai faktor seperti risiko politik domestik.

"Rupiah masih tertekan sepanjang semester I 2014 karena faktor risiko politik domestik," kata Eric Sugandi di Bandung, Jumat malam.

Eric mengatakan rupiah tertekan juga disebabkan defisit neraca transaksi berjalan dan "Fed tapering" Amerika Serikat.

Selain itu, menurut dia, Bank Indonesia (BI) "mengizinkan" rupiah melemah selama masih sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia.

"Selain bersumber dari neraca pembayaran, BI terus memupuk cadangan devisa melalui penerbitan dolar AS term deposit dan Foreign Exchange (FX) Swap dengan perbankan domestik," ujarnya.

Dia menjelaskan BI membangun "lini pertahanan kedua" dengan membuat perjanjian FX Swap Bilateral (BSA) dengan Bank Sentral Jepang (BoJ) sebesar 22,76 miliar dolar AS, Bank Sentral Tiongkok (PBoC) sebesar 15 miliar dolar AS, dan Bank Sentral Korea (BOK) sebesar 10 miliar dolar AS.

Eric mengatakan Standard Chartered Bank (SCB) Indonesia memperkirakan BI akan mempertahankan BI rate di 7,5 persen tahun 2014.

"BI baru akan menaikkan BI rate sebesar 50 bps ke 8,0 persen di triwulan kedua 2015," katanya.

Eric mengatakan BI rate diperkirakan hingga akhir tahun 2014 sebesar 7,5 persen. Selain itu, menurut dia, di semester I 2014, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil sebesar 5,5 persen.


(I028/A039)

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014