Washington (ANTARA) - Sekelompok 99 dokter dan tenaga medis Amerika yang menjadi relawan di Gaza menyatakan bahwa mereka tidak melihat tanda-tanda aktivitas militan di rumah sakit-rumah sakit di wilayah tersebut.
Mereka mendesak pemerintahan Biden untuk segera menghentikan dukungan militer, ekonomi, dan diplomatik kepada Israel.
Dalam sebuah surat pada Kamis (3/10) kepada Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, kelompok tersebut, yang secara kolektif menghabiskan 254 minggu bekerja sebagai relawan di fasilitas kesehatan di Gaza, membagikan pengalaman langsung mereka tentang kondisi kemanusiaan yang mengerikan di tengah serangan Israel yang sedang berlangsung.
Mereka menyatakan telah "menyaksikan kejahatan yang tak terbayangkan."
"Kami ingin menegaskan dengan sangat jelas: tidak satu kali pun kami melihat jenis aktivitas militan Palestina apa pun di rumah sakit atau fasilitas kesehatan di Gaza," demikian bunyi surat yang diterbitkan di situs web "Gaza Healthcare Letters."
"Kami mendesak Anda untuk melihat bahwa Israel secara sistematis dan sengaja menghancurkan seluruh sistem kesehatan Gaza dan bahwa Israel telah menargetkan rekan-rekan kami di Gaza untuk disiksa, hilang, dan dibunuh," tambah mereka.
Surat tersebut merinci penderitaan perempuan dan anak-anak di rumah sakit, termasuk malnutrisi yang meluas, serta kekurangan pasokan medis penting di Gaza.
Mereka juga mengutip sebuah kajian yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet pada bulan Juli, yang menyebutkan bahwa jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 118.000 jiwa, lebih dari 5 persen populasi Gaza.
"Setiap hari saya melihat bayi-bayi meninggal. Mereka lahir dengan sehat. Namun ibu-ibu mereka sangat kekurangan gizi sehingga mereka tidak bisa menyusui, dan kami kekurangan susu formula atau air bersih untuk memberi makan mereka, sehingga mereka kelaparan," kata Asma Taha, seorang perawat anak, yang dikutip dalam surat tersebut.
"Gaza adalah pertama kalinya saya memegang otak bayi di tangan saya. Yang pertama dari banyak," kata Dr. Mark Perlmutter, seorang ahli bedah ortopedi dan tangan, dalam surat tersebut.
Para dokter dalam surat itu mengatakan bahwa pengungsian yang "berulang kali dan terus-menerus" oleh Israel terhadap penduduk Gaza yang malnutrisi dan sakit, setengahnya adalah anak-anak, ke daerah-daerah tanpa air bersih atau bahkan toilet, adalah "benar-benar mengejutkan."
"Tidak mungkin bahwa penembakan yang meluas terhadap anak-anak kecil di seluruh Gaza, yang berlanjut selama setahun penuh, adalah kecelakaan atau tidak diketahui oleh otoritas sipil dan militer tertinggi Israel," kata mereka.
Kelompok tersebut menuntut agar pemerintahan Biden mendukung embargo senjata internasional terhadap Israel dan kelompok-kelompok Palestina hingga gencatan senjata permanen tercapai dan sandera dari kedua belah pihak dibebaskan.
Para penandatangan surat itu juga meminta pertemuan dengan Biden dan Harris untuk membahas apa yang mereka saksikan dan mengapa mereka merasa kebijakan Amerika di Timur Tengah "harus segera berubah."
Mereka juga mengulangi seruan mereka dalam surat tertanggal 25 Juli, termasuk pembukaan kembali perbatasan Rafah untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan, termasuk air dan pasokan medis, masuk ke Gaza.
"Setiap hari kita terus memasok senjata dan amunisi kepada Israel adalah hari lain di mana perempuan tercabik-cabik oleh bom kita dan anak-anak dibunuh dengan peluru kita," kata mereka.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Kelangkaan uang tunai perburuk penderitaan warga Gaza
Baca juga: Liga Arab adakan pertemuan darurat bahas serangan Israel ke Lebanon
Baca juga: Serbuan Israel setahun terakhir lenyapkan 902 keluarga Palestina Gaza
Penerjemah: Primayanti
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024