Siapapun yang menang di jejaring sosial maka akan menang pada pemilihanJakarta (ANTARA News) - Kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden menggunakan pasukan siber untuk mempengaruhi pilihan masyarakat melalui dunia maya, kata Direktur lembaga pemantau jejaring sosial Katapedia Indonesia Deddy Rahman
"Kedua pasangan capres dan cawapres menggunakan pasukan siber. Yang paling banyak ada di kubu Joko Widodo - Jusuf Kalla," katanya di Jakarta, Jumat.
Pasukan siber bekerja dengan menggunakan banyak akun di jejaring sosial, tujuannya untuk mempengaruhi pilihan pemilih. Pasukan itu dibayar oleh kedua pasang kandidat.
"Pasukan ini mulai dikenalkan pada Pilgub DKI Jakarta 2012 lalu," katanya.
Beberapa ciri-ciri akun berbayar atau pasukan siber adalah mengunggah foto profil perempuan cantik, remaja manis atau perempuan berjilbab.
Kemudian pengikutnya di jejaring sosial kurang dari 100. Mereka dikepalai seorang "kapten". Tugas dari pasukan siber tersebut mencuitkan kembali (retweet) cuitan "kapten".
"Dalam sehari bertugas melakukan cuitan mengenai pasangan calon sebanyak 50 cuitan."
Deddy menambahkan jejaring sosial sangat penting, karena pilihan masyarakat di jejaring sosial mencerminkan pilihan di dunia nyata.
Apalagi, masyarakat Indonesia juga terbesar di berbagai jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path, dan Instagram.
"Dari hasil penelitian kami mendekati 95 persen. Siapapun yang menang di jejaring sosial maka akan menang pada pemilihan," kata dia.
Hal itu terjadi pada Pilgub DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan.
Elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta Rajasa meningkat di jejaring sosial dibandingkan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla.
Terdapat dua pasangan capres dan cawapres yang bertarung pada Pilpres 9 Juli yakni Prabowo Subianto-Hatta Radjasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Pewarta: Indriani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014