Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyelesaikan penilaian kesiapan Indonesia dalam menggunakan kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) di segala bidang.

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria dalam acara "Penyerahan Laporan Penilaian Kesiapan AI di Indonesia" di Jakarta pada Jumat mengatakan bahwa saat ini, Indonesia berada di persimpangan penting dalam transformasi digital.

"Laporan penilaian kesiapan AI ini memberikan wawasan mendalam tentang kesiapan Indonesia di berbagai dimensi," kata Nezar.

Selain memberikan wawasan terkait kesiapan AI di Indonesia, laporan tersebut juga memberikan peluang baru kepada pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dan ekonomi digital, kata dia.

Menurut Nezar, dengan kolaborasi lintas sektor dan kebijakan yang tepat, AI dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan bagi Indonesia.

Dia mengungkapkan harapannya agar laporan itu bisa menjadi peta jalan sekaligus ajakan kolaborasi kepada seluruh sektor untuk membentuk ekosistem AI yang beretika dan inklusif.

Temuan utama dan rekomendasi dalam laporan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang kesiapan Indonesia mengadopsi AI dan langkah-langkah strategis yang diambil untuk memastikan manfaat AI dirasakan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sementara itu, Direktur dan Perwakilan Kantor Regional UNESCO di Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa, mengatakan bahwa laporan itu menandai momen penting dalam perjalanan AI di Indonesia.

"Dengan mengadopsi praktik-praktik AI yang bertanggung jawab, Indonesia tengah mempersiapkan masa depan, di mana teknologi dapat membawa manfaat bagi seluruh masyarakat," kata dia.

Dia mengatakan bahwa UNESCO sangat menghargai dedikasi Kominfo, para pakar AI nasional, pemerintah daerah, dan komunitas lokal dalam menyukseskan inisiatif tersebut.

Ketua Umum Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) Hammam Riza, salah satu pakar yang terlibat dalam penyusunan Metodologi Penilaian Kesiapan (RAM) yang dikembangkan UNESCO, mengatakan bahwa laporan itu mengidentifikasi sejumlah bidang penting.

Bidang-bidang itu mencakup dampak ekonomi dan sosial budaya, risiko terkait AI, dan pendanaan penelitian.

Terkait dampak ekonomi dan sosial budaya dari penerapan AI di Indonesia, tim ahli menemukan adanya keresahan terhadap potensi pergeseran tenaga kerja akibat pengembangan dan penggunaan AI.

Menurut Hamman, perbedaan perspektif di tengah masyarakat dapat terlihat di pedesaan yang mengkhawatirkan dampak AI bagi ketersediaan lapangan kerja. sedangkan masyarakat perkotaan cenderung menyoroti pentingnya adopsi AI secara bertanggungjawab.

Terkait risiko AI, dia mengatakan bahwa meski Indonesia memiliki keberagaman etnis, kesenjangan dalam akses informasi memperkuat potensi bias dan kesadaran terkait diskriminasi, literasi bagi publik tentang AI perlu untuk ditingkatkan.

Terkait pendanaan penelitian, pakar lainnya, Bambang Riyanto Trilaksono, menyoroti rendahnya pendanaan untuk penelitian AI di Indonesia, sehingga memengaruhi kesenjangan dalam perkembangan AI.

Baca juga: ASEAN tegaskan komitmen mengatasi risiko penggunaan AI
Baca juga: Survei sebut 74 persen pimpinan faskes akan berinvestasi ke AI

Pewarta: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024