Changsha (ANTARA) - Sambil menyendok ubi jalar yang telah dihaluskan ke dalam cone yang renyah dan menaburkan potongan buah melon sebagai pelengkap, anak-anak di Taman Kanak-Kanak (TK) Qicai membuat "es krim" ubi jalar yang disantap bersama sebotol susu sebagai menu camilan sore yang bergizi.
TK Qicai, yang terletak di Provinsi Hunan, China tengah, merupakan pelopor dalam penyediaan menu makanan bergizi bagi anak-anak prasekolah di daerah pedesaan, yang didukung oleh subsidi dan panduan menu dari program percontohan gizi yang diprakarsai oleh Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UN World Food Programme (WFP).
"Lebih dari 80 persen anak-anak kami adalah anak-anak yang diasuh oleh kakek dan nenek mereka, karena orang tua mereka bekerja di kota. Para wali yang sudah lanjut usia ini sering kali tidak memiliki pengetahuan tentang gizi. Di situlah peran TK sangat dibutuhkan," kata Kepala Sekolah Xiang Haiyan.
Sejak 2018, WFP bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Hunan untuk melaksanakan program peningkatan gizi dua tahap bagi anak prasekolah di daerah pegunungan Prefektur Otonom Etnis Tujia dan Miao Xiangxi, menyediakan makanan bergizi di sekolah, mendorong kesadaran tentang kesehatan, meningkatkan fasilitas dapur sekolah, dan menggunakan pasokan bahan pangan dari para petani lokal.
Fase kedua dalam program ini, yang berfokus pada pembangunan sistem dukungan berkelanjutan bagi anak-anak prasekolah, telah selesai bulan lalu. Dalam fase ini, sebanyak 4.365 anak di 27 TK setempat berhasil dijangkau, menurut sebuah sesi peninjauan yang diadakan pekan ini.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa status gizi anak-anak secara keseluruhan meningkat dengan adanya intervensi ini. Secara spesifik, prevalensi kasus gagal tumbuh (stunting) dilaporkan turun dari 8,52 persen menjadi 2,82 persen.
Program ini menyediakan subsidi sebesar 4 yuan untuk setiap anak per hari. Pihak TK ditugaskan untuk menyediakan sarapan, makan siang, dan camilan sore, dengan tidak kurang dari 25 jenis makanan disajikan setiap pekan berdasarkan panduan pola makan.
Para guru dan mahasiswa pendidikan prasekolah di Normal College of Jishou University yang berbasis di Xiangxi membantu mengembangkan menu yang menggabungkan bahan-bahan lokal musiman.
"Pada tahap akhir program ini, para guru dari banyak TK mulai mengembangkan menu sendiri dan kami pun memberikan umpan balik," kata Wu Feng'e, seorang dosen di universitas tersebut, seraya mengungkapkan bahwa para guru TK yang mengikuti program tersebut kini memiliki pengetahuan yang semakin dalam tentang pola makan yang seimbang.
Sementara itu, program ini juga menggabungkan penyediaan makanan di sekolah dengan produksi pertanian lokal. Pada tahap kedua program ini, sebanyak 157 petani skala kecil turut berpartisipasi dalam penyediaan makanan, sehingga membantu menghasilkan pendapatan sebesar lebih dari 1,43 juta yuan.
Selama tiga tahun berturut-turut, Li Hongnian memasok hasil pertaniannya ke TK Shaping, tempat kedua cucunya diasuh. Petani berusia 68 tahun itu mengungkapkan bahwa di bawah program ini, dia diberikan bantuan berupa pupuk organik dan benih setiap semester.
"Saya bekerja sebagai petani sepanjang hidup saya. Saya senang melihat cucu-cucu saya tumbuh lebih sehat dan kuat karena mengonsumsi hasil bumi yang saya tanam dengan tangan saya sendiri," ujar Li.
"Makanan bergizi bukan hanya sekadar makanan di atas piring, melainkan juga merupakan investasi bagi generasi masa depan," ujar Perwakilan WFP China Zhao Bing, seraya menambahkan bahwa WFP akan membagikan pengalaman praktis yang diperoleh dari program peningkatan gizi ini kepada negara-negara lain.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024