Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Konferensi Kanker Internasional Indonesia (IICC) 2024 dimanfaatkan guna memperkuat langkah Indonesia dalam memerangi kanker melalui serangkaian inisiatif guna meningkatkan akses terhadap deteksi dini kanker serta membangun kemitraan internasional.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, Budi mengatakan bahwa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam penanganan kanker, dengan lebih dari 400 ribu kasus baru setiap tahunnya dan 230 ribu kematian akibat kanker.

Oleh karena itu, ujarnya, dalam upaya meningkatkan pencegahan dan deteksi dini, Indonesia telah melakukan sejumlah langkah strategis, termasuk distribusi alat USG dengan probe linear dan pelatihan dokter umum di 10 ribu puskesmas di seluruh Indonesia untuk skrining kanker payudara pada sekitar 100 juta perempuan dewasa.

Selain itu, dia menambahkan, sejak 2022 Indonesia telah melaksanakan kampanye vaksinasi HPV secara masif bagi 50 juta perempuan dan anak laki-laki dengan target penyelesaian pada 2030.

"Kami juga telah memperkenalkan tes HPV DNA untuk 60 juta wanita dan mulai mendistribusikan perangkat Thermal Ablation ke puskesmas di seluruh negeri untuk mendeteksi dan mengobati kanker serviks pada tahap awal," dia menambahkan.

Sebagai bagian dari upaya nasional yang lebih luas, katanya, Indonesia melengkapi 514 kabupaten dan kota dengan fasilitas skrining kanker paru-paru dan kanker kolorektal. Inisiatif ini diharapkan selesai pada 2027.

Budi menyebutkan, sebagai langkah menuju pengobatan kanker yang lebih presisi, Indonesia telah meluncurkan Pusat Bioteknologi Kesehatan Nasional (BGSi), di mana Rumah Sakit Dharmais berperan sebagai hub nasional untuk kanker guna mengembangkan profil genomik komprehensif yang ditargetkan selesai tahun ini.

"Kita harus fokus pada kampanye kesehatan publik, perubahan gaya hidup, dan skrining dini untuk mengurangi angka kematian akibat kanker," dia menuturkan.

Dalam pidato penutupnya, dia menekankan pentingnya kerja sama global dalam perang melawan kanker.

Dalam keterangan yang sama, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan pentingnya aksi solidaritas global untuk pencegahan dan pengendalian kanker. Ia merekomendasikan Indonesia, Bhutan, dan Australia untuk bekerja sama dalam membangun kolaborasi untuk memerangi kanker.

“Banyak negara melakukan hal yang sama dengan membangun jaringan, pelatihan bersama, kolaborasi penelitian diperkuat dan penguatan perjanjian internasional,” kata Tedros.

Baca juga: Dokter tekankan pentingnya kesadaran kanker payudara pada remaja
Baca juga: Dinkes-Disdik Makassar serta UNICEF kolaborasi cegah kanker serviks

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024