Makassar (ANTARA) -
Dinas Kesehatan Makassar, Dinas Pendidikan Kota Makassar bersama UNICEF berkolaborasi mengupayakan pencegahan kanker serviks sejak dini melalui imunisasi HPV untuk anak perempuan usia 11 dan 12 tahun.
 
Upaya pencegahan itu dilakukan dengan pelatihan Komunikator Kesehatan untuk imunisasi HPV di Kota Makassar pada 2-3 Oktober 2024.
 
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Makassar dr Andi Mariani di Makassar, Kamis, menyambut baik inisiatif kolaborasi ini untuk dapat meningkatkan capaian imunisasi di Kota Makassar. Apalagi kanker serviks merupakan ancaman nyata bagi perempuan.
 
"Namun, kini dengan adanya imunisasi yang dilakukan dua kali pada usia 11 dan 12 tahun, masing-masing 1 dosis, penyakit tersebut dapat dicegah," kata dia.

Baca juga: Puskesmas tawarkan pemeriksaan kanker serviks praktis lewat "Amathea"

Baca juga: Dokter: Sekitar 11 ribu anak RI terdiagnosis kanker tiap tahunnya
 
Dia mengapresiasi kolaborasi “Jaga Bersama” yang diinisiasi oleh UNICEF. Kegiatan itu dilaksanakan oleh Portal Kesehatan Masyarakat (Portkesmas), didukung UNICEF Indonesia, bekerja sama Dinkes Makassar, Disdik Makassar serta Kelompok Kerja Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat (Pokja RCCE+), melalui inisiatif 'Jaga Bersama' yang diikuti 30 orang.
 
"Semoga pelatihan bisa diperluas sehingga lebih banyak tenaga kesehatan, guru dan penyuluh kesehatan yang memiliki keterampilan komunikasi seperti ini," ujar dr Andi Mariani.
 
Kanker Serviks merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, sekitar 36.000 perempuan terdiagnosis kanker serviks setiap tahunnya dan pada tahun 2020 kanker serviks menyebabkan 21.000 kematian pada perempuan di Indonesia.
 
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2022 meluncurkan program pencegahan kanker serviks sejak usia dini melalui pemberian imunisasi HPV untuk anak perempuan usia 11 dan 12 tahun.
 
Meskipun terbukti efektif dalam mencegah kanker serviks, masih ada sebagian masyarakat yang ragu dan menolak karena khawatir efek samping, alasan keagamaan, dan anggapan bahwa imunisasi tidak diperlukan. Selain itu, maraknya peredaran hoaks dan misinformasi tentang imunisasi semakin menimbulkan keragu-raguan masyarakat pada imunisasi.
 
"Maka dari itu, pelatihan ini bertujuan untuk membangun keterampilan komunikasi perubahan perilaku tenaga kesehatan, guru dan penyuluh kesehatan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk meningkatkan penerimaan masyarakat pada imunisasi menggunakan metode Komunikasi Antar-Pribadi (KAP)," kata dr Andi Mariani.
 
Sementara itu, Analis Monitoring dan Evaluasi Dinas Pendidikan Kota Makassar, Andi Asma menambahkan pentingnya sosialisasi rutin imunisasi di sekolah bagi guru dan murid, juga orang tua.
 
“Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau BIAS memerlukan dukungan untuk dapat mengatasi penolakan yang masih ada. Dengan pelatihan ini, selain tenaga kesehatan, guru juga dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya imunisasi pada murid dan juga orang tua," ujarnya.
 
Rizky Ika Syafitri selaku Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia, menyampaikan komitmen penuh UNICEF untuk pemenuhan hak anak. Imunisasi merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang efektif dan terbukti mencegah jutaan kematian di seluruh dunia.
 
“Kegiatan ini adalah wujud komitmen kami untuk memastikan setiap anak mendapatkan haknya untuk sehat dan terlindungi dari ancaman berbagai penyakit berbahaya. Imunisasi rutin untuk anak diberikan gratis kepada semua anak tanpa terkecuali. Jadi mari kita pastikan anak kita mendapatkan hak nya untuk hidup sehat dan mencapai cita-citanya,” ujar Rizky.
 
Direktur Eksekutif Portkesmas dr Basra Amru, menyampaikan keinginan kuat organisasi anak muda, Portkesmas untuk dapat berkontribusi pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
 
Dia akan memanfaatkan dukungan UNICEF secara optimal untuk dapat membantu puskesmas, sekolah dan organisasi lain di daerah untuk bekerjasama meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
 
"Melalui inisiatif “Jaga Bersama” kami berharap kemampuan tenaga kesehatan, guru, dan penyuluh kesehatan meningkat untuk dapat mempromosikan imunisasi dengan cara yang mudah dicerna oleh masyarakat," kata Basra.

Salah satu peserta pelatihan dari Puskesmas Mamajang Nur Asmi Noviani menjelaskan pengalaman mengedukasi masyarakat dengan teknik KAP yang baru saja dialami.
 
"Saya terkesan, ternyata teknik ini membuat orang tua antusias dengan pemberian imunisasi untuk anaknya. Saya berharap ilmu ini dapat membantu saya dalam mengedukasi masyarakat tentang berbagai layanan kesehatan yang ada dengan cara yang menyenangkan," ucapnya.*

Baca juga: Mahasiswa UGM teliti biji salak dan kulit jeruk sebagai obat kanker

Baca juga: ASN diajak peduli kanker serviks dan kesehatan mata sejak dini

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024