Roma (ANTARA) - Para pemimpin Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) pada Rabu (2/10) menyerukan deeskalasi di Timur Tengah, seraya menekankan kemungkinan resolusi diplomatik untuk krisis tersebut.
Pernyataan itu disampaikan setelah pertemuan darurat yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni, dengan Italia memegang presidensi G7 saat ini.
G7 menyatakan kekhawatiran besar atas eskalasi yang terjadi belakangan ini, sekaligus menekankan bahwa konflik di seluruh kawasan bukanlah kepentingan siapa pun dan kembali menegaskan bahwa solusi diplomatik masih mungkin dilakukan.
Negara-negara anggota G7, yang terdiri dari Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang, mengadakan pertemuan untuk mengkaji situasi Timur Tengah, hanya sehari setelah Israel melancarkan operasi militer di Lebanon selatan.
Kelompok itu sepakat untuk bekerja sama mengurangi ketegangan, mengadvokasi implementasi Resolusi PBB 2735 di Gaza dan Resolusi 1701 untuk menstabilkan perbatasan Israel-Lebanon.
Pada Rabu yang sama, Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap misi pemeliharaan perdamaian oleh Pasukan Sementara PBB di Lebanon (United Nations Interim Force in Lebanon/UNIFIL), sembari mempersiapkan evakuasi warga negara Italia bila diperlukan.
"Rencana evakuasi telah diperbarui dan diuji coba, dan siap untuk dilaksanakan, jika memang benar-benar diperlukan," ujar Crosetto.
UNIFIL, yang ditempatkan di Lebanon selatan di dekat perbatasan Israel, memiliki sekitar 10.000 personel dari 48 negara, dengan Italia menyumbangkan 1.068 tentara, kedua terbanyak setelah Indonesia.
Kantor PM Italia Meloni pada Selasa (1/10) mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mempertimbangkan penguatan mandat UNIFIL guna meningkatkan keamanan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024