"Harga komoditi masih relatif baik dan stabil hingga akhir tahun," ujar Menteri Perdagangan.
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memperkirakan ekspor nonmigas 2007 bisa tetap tumbuh sekitar 10 persen meski perekonomian dunia diprediksi mengalami perlambatan serta turunnya harga komoditi akibat penurunan harga minyak dunia. "Kita harus antisipasi, tahun depan diperkirakan perekonomian dunia melambat dan kecenderungan harga minyak yang turun sehingga harga komoditi tahun depan juga diperkirakan bisa turun," kata Mari usai mengikuti Rapat Koordinasi Terbatas Persiapan Lebaran di Departemen Perhubungan, Jakarta, Rabu. Mari memperkirakan jika tahun 2006 pertumbuhan ekspor non migas bisa sekitar 12-14 persen dan mencapai nilai 100 miliar Dolar AS maka pada 2007 dapat mencapai 110 miliar Dolar AS. "Harga komoditi masih relatif baik dan stabil hingga akhir tahun," ujarnya. Meski harga komoditi yang tinggi memang salah satu aspek yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor non migas, lanjut dia, namun masih ada produk ekspor tertentu yang mengalami kenaikan volume. "Kita akan terus meningkatkan daya saing kita dan berupaya supaya ada diversifikasi dari sumber pertumbuhan ekspor kita bukan hanya dari komoditi,"jelasnya. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Agustus 2006 ekspor non migas hanya naik 4,08 persen menjadi 7,04 miliar dolar AS dari total ekspor Agustus 2006 yang mencapai 8,89 miliar dolar AS atau naik tipis 0,73 persen dari Juli 2006 yang mencapai 8,82 miliar dolar AS. Pertumbuhan ekspor non migas pada Agustus 2006, sebagian besar dipicu oleh kenaikan ekspor sejumlah komoditas seperti bijih, kerak, dan abu logam, bahan bakar mineral, tembaga, karet, dan mesin/peralatan listrik. Sedangkan ekspor sejumlah industri unggulan seperti tekstil (pakaian jadi bukan rajutan), kayu dan barang dari kayu, serta kertas justru turun masing-masing ekspornya hanya menjadi 306,6 juta dolar AS, 293,1 juta dolar AS, dan 235,4 juta dolar AS atau turun masing-masing sebesar 18,3 juta dolar AS, 5,7 juta dolar AS, dan 29,2 juta dolar AS. Sementara itu pada periode Januari-Agustus 2006, ekspor non migas yang mencapai 50,3 miliar dolar AS dikontribusi oleh sektor industri sebesar 41,5 miliar dolar AS, pertanian sebesar 2,6 miliar dolar AS, dan pertambangan 6,5 miliar dolar AS. Periode yang sama tahun 2005 total ekspor non migas mencapai 42,9 miliar dolar AS yang dikontribusi oleh sektor industri sebesar 36,2 miliar dolar AS, pertanian 1,85 miliar dolar AS, dan pertambangan 4,8 miliar dolar AS. Laju peningkatan ekspor sektor industri pada Januari-Agustus 2006 paling rendah diantara sektor non migas lainnya yaitu hanya tumbuh 14,58 persen dibandingkan sektor pertanian dan pertambangan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 21,66 dan 35,26 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan di Jakarta, Senin, bila sektor industri bisa tumbuh lebih signifikan maka pertumbuhan ekspor pada Agustus 2006 maupun periode Januari-Agustus 2006 bisa lebih besar lagi. Hal itu karena pada Januari-Agustus 2006 sektor industri memberi kontribusi ekspor sebesar 64,26 persen, sedangkan sektor prrtanian hanya 3,49 persen dan sektor pertambangan sebesar 10,10 persen, dan sisanya sektor migas 22,15 persen.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006