Beijing (ANTARA) - Dampak China terhadap upaya pengentasan kemiskinan, perdamaian, stabilitas, dan pembangunan berkelanjutan global telah memberikan pengaruh besar di seluruh dunia, dan membentuk masa depan kerja sama internasional.
Selama 40 tahun terakhir, China telah mengangkat hampir 800 juta rakyatnya keluar dari kemiskinan, dan dalam periode yang sama, menyumbang lebih dari 75 persen bagi upaya pengurangan kemiskinan global.
Meski komitmennya ditujukan untuk memberantas kemiskinan di dalam negeri, China tidak bekerja sendiri. China berkolaborasi dengan negara-negara lain untuk mengurangi kemiskinan di seluruh dunia, membangun komunitas global dengan masa depan bersama bagi umat manusia.
Kebijakan ekonomi China yang mendasar dan krusial sebenarnya sederhana, yakni China akan makmur hanya jika dunia juga makmur, dan sebaliknya."Negara ini selalu mengaitkan masa depannya dengan masa depan dunia.
China meluncurkan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra untuk memperluas kerja sama pembangunan ekonomi dan sosial regional tingkat tinggi yang erat, serta membantu negara-negara lain mengentaskan kemiskinan.
Menurut sebuah kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia, investasi terkait Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra akan membantu 7,6 juta orang keluar dari kemiskinan ekstrem dan 32 juta orang keluar dari kemiskinan moderat. Tahun lalu, China membantu terwujudnya rekonsiliasi antara Iran dan Arab Saudi setelah keduanya bertahun-tahun mengalami konflik dan ketegangan. Saat ini, kedua negara tersebut telah memulihkan hubungan diplomatik.
China memberikan bantuan dalam berbagai bentuk kepada lebih dari 160 negara dan kawasan serta organisasi internasional, memangkas atau membebaskan utang negara-negara yang memenuhi syarat, dan membantu negara-negara berkembang dalam upaya mereka mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals).
Di Asia, China dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersama-sama meluncurkan rencana pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan dan melaksanakan Proyek Percontohan Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan Asia Timur di permukiman-permukiman pedesaan di Laos, Kamboja, serta Myanmar.
Di Afrika, China membantu negara-negara membangun infrastruktur konservasi air, sekolah kejuruan dan teknik, perumahan subsidi pemerintah, dan berbagai fasilitas lainnya. Bersama dengan mitra-mitranya di Afrika, China mendirikan zona-zona percontohan untuk kerja sama pertanian dan berkolaborasi dalam proyek-proyek yang melibatkan teknologi China, seperti penanaman jamur menggunakan media rumput. Proyek-proyek bersama lainnya melibatkan pembangunan rumah sakit dan markas besar Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (African Center for Disease Control).
Di kawasan Pasifik Selatan, China mempromosikan berbagai langkah, seperti memberikan bantuan dan pinjaman lunak kepada negara-negara Kepulauan Pasifik, serta melaksanakan proyek-proyek bantuan teknis di bidang konstruksi infrastruktur, pertanian, dan perawatan medis.
Di Amerika Latin, China membangun pusat-pusat percontohan teknologi pertanian untuk membantu masyarakat lokal di negara-negara penerima bantuan agar dapat mengatasi kemiskinan.
Bagi Kamboja, kontribusi pemerintah dan masyarakat China terhadap pembangunan dan pengentasan kemiskinan di negara tersebut sangatlah besar. Salah satu contohnya adalah keberhasilan Proyek Desa Persahabatan Kamboja-China untuk Pengentasan Kemiskinan di desa terpencil Tanorn di Provinsi Takeo, Kamboja selatan.
Selain kontribusi signifikan terhadap upaya pengentasan kemiskinan dan pembangunan global, China memainkan peranan utama dalam mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Timur Tengah dan secara aktif menyelesaikan konflik internasional.
Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, Inisiatif Pembangunan Global, Inisiatif Keamanan Global, dan Inisiatif Peradaban Global, yang semuanya diprakarsai oleh China, secara signifikan memajukan perdamaian, keamanan, stabilitas, tata kelola pemerintahan, pembangunan berkelanjutan, dan kemakmuran bersama di seluruh dunia, yang menyuntikkan momentum kuat ke dalam pembentukan komunitas dengan masa depan bersama bagi seluruh umat manusia.
Catatan editor: Joseph Matthews adalah seorang profesor senior di Universitas Internasional BELTEI di Phnom Penh, Kamboja.
Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah pandangan penulis dan tidak mencerminkan pandangan Kantor Berita Xinhua.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024