"Akibat gagal dilelang itu, rumah sakit sempat kehabisan persediaan obat, padahal obat tersebut seharusnya sudah tersedia untuk pasien," kata Direktur RSUD Muara Teweh,Drg Dwi Agus Setijowati, Rabu.
Menurut Dwi Agus, kekosongan obat ini sudah terjadi sejak 35 hari sebelum dirinya diangkat menjadi direktur rumah sakit yang baru yaitu tanggal 6 Pebruari 2014. Sedangkan di bagian instalasi ada 35 item obat yang sudah tak tersedia.
Padahal memasuki triwulan satu, pasien Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) di rumah sakit naik signifikan.
Sementara pengadaan obat pada triwulan dua masih terkendala dengan sistem e-catalog atau pelelangan pengadaan obat secara online, yang hingga kini belum ada kabar pengadaannya.
"Sehingga pihak rumah sakit melakukan rapat untuk menyusun perencanaan kebutuhan obat, dengan maksud supaya pengadaan obat e-catalog ini bisa cepat kelar, karena para pasien rumah sakit sangat membutuhkan sekali obat-obatan tersebut," kata dia.
Dwi Agus mengakui, sejumlah pasien BPJS yang menjalani rawat inap di rumah sakit memang ada yang menebus obat di luar, hal itu karena rumah sakit ini kehabisan persediaan obat.
Masalah ini telah dilaporkan ke Bupati Barito Utara, dan selama ini rumah sakit mengantisipasinya dengan membeli obat secara tunai.
Pelelangan pengadaan obat rumah sakit pemerintah mengacu kepada Perpres No 70 tahun 2014 tentang barang dan jasa sedang berproses.
Namun, untuk Juni ini, kata Dwi Agus, masalah ketersediaan obat mulai teratasi.
"Alhamdulliah masalah kekosongan obat ini sudah teratasi, karena obat tersebut mulai datang pada awal Juni 2014 ini sekitar 40 persen," katanya.
Pewarta: Kasriadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014